Semarang, infojateng.id – Berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah untuk mengatasi persoalan perubahan iklim di pesisir utara Jateng, mulai dari Brebes-Rembang.
Termasuk kolaborasi antara pemerintah pusat dan kabupaten/ kota, serta partisipasi Kemitraan dan Adaptation Fund sebagai lembaga internasional, yang menjadi pelopor dalam pendanaan adaptasi perubahan iklim.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Jateng, Sumarno, saat membuka Country Exchange, di Hotel Padma Semarang, Senin (5/6/2023).
Kegiatan Country Exchange yang dihadiri 10 negara akan membahas berbagai persoalan perubahan iklim di Jateng, salah satunya persoalan rob pantai utara Kota Pekalongan.
Sebanyak 20 negara yang hadir tersebut, merupakan negara-negara penerima dana Adaptation Fund yang memiliki permasalahan dan memiliki pengalaman untuk mengatasi persoalan masing-masing.
Sumarno berharap, metode-metode penanganan yang dilakukan Kemitraan dapat menjadi solusi bersama, dan bisa ditularkan ke kabupaten dan kota yang berada di daerah pantura Jateng.
Sehingga, lanjutnya, upaya pemerintah dan semua pihak untuk mengatasi persoalan perubahan iklim yang menyebabkan wilayah pantura tergenang rob, dapat menunjukkan hasil optimal.
Ia mengatakan, kawasan pantai utara Jawa Tengah menghadapi masalah lingkungan yang luar biasa. Yakni, penurunan permukaan tanah, dan peningkatan permukaan air laut, sehingga terjadi rob.
Persoalan-persoalan di pesisir utara Jateng harus segera diatasi, terlebih sebagian besar kawasan industri berada di pantai utara Jateng dan menggunakan air tanah.
“Kita harus berupaya untuk mengonversi dari air tanah menjadi air baku. Ini juga butuh proses, karena kondisi yang sudah ada tidak mungkin kita hentikan aktivitasnya karena memang eksisting lama sudah seperti itu. Tetapi kita harus segera mencarikan solusi untuk memenuhi kebutuhan air bakunya,” ujar sekda.
Penjabat Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Anita Heru Kusumorini mengatakan, posisi Kota Pekalongan hanya berada sekitar satu meter di atas permukaan laut, sehingga dampak perubahan iklim sangat dirasakan.
Dikatakan Anita, terutama persoalan naiknya permukaan air laut, yang sudah dialami warga di kawasan pesisir utara Kota Pekalongan sejak sekitar 10 tahun terakhir.
“Apalagi tanah di Kota Pekalongan mengalami penurunan, sehingga rob dalam 10 tahun terakhir sangat dirasakan sampaknya oleh masyarakat Kota Pekalongan.dan mempengaruhi kehidupan sosial maupun perekonomiannya,” kata Anita.
Ia menjelaskan, berbagai upaya telah dilakukan Pemkot Pekalongan untuk mengatasi persoalan lingkungan di pantura Pekalongan.
Salah satunya bekerja sama dengan pemerintah pusat dan Pemprov Jateng, membangun tanggul rob untuk melindungi pantai maupun sungai di Pekalongan dari terjangan rob.
Sehingga air laut dan sungai tidak melimpas ke darat, serta tidak menggenangi permukiman warga.
“Tetapi ini masih proses dan belum bisa menyelesaikan permasalahan seluruh Kota Pekalongan, karena baru dari satu sisi, yakni sisi timur dari Sungai Pekalongan. Sedangkan dari sisi barat dapat ditanggulangi bersama, antara lain melalui dana Kemitraan untuk melindungi pantai Pekalongan, baik dengan pembangunan tanggul maupun penanaman mangrove,” terangnya.
Dia berharap, dapat mengambil banyak pelajaran melalui event yang dihadiri sebanyak 20 negara penerima dana Adaptation Fund, yang memiliki persoalan dan pengalaman di negara masing-masing,
“Kami berharap bisa belajar dari mereka semua, tentang pengalaman-pengalaman untuk mengatasi persoalan lingkungan akibat perubahan iklim. Harapannya bisa diterapkan di Kota Pekalongan dan wilayah lain di Jateng,” harapnya.(eko/redaksi)