Batang, infojateng.id – Dalam rangka ungkapan syukur atas hasil panen, para petani kopi menggelar syukuran wiwitan panen kopi di Desa Adinuso, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Rabu (21/6/2023).
Tradisi wiwitan panen kopi merupakan ritual tradisi petani kopi setelah memulai panen raya, yang memang selalu dilakukan setiap tahunnya.
Penjabat (Pj) Bupati Batang Lani Dwi Rejeki mengatakan, tradisi ini agar bisa dilakukan tiap tahunnya dengan tujuan untuk mengangkat potensi Kabupaten Batang khususnya kopi.
“Karena hampir semua wilayah Kabupaten Batang ada perkebunan kopi salah satunya Desa Adinuso Kecamatan Reban ini yang terus menguri-nguri tradisi wiwitan panen kopi secara tradisional dan modern,” jelas Lani.
Dikatakan Lani, tradisi wiwitan panen kopi bahkan sekarang ada lomba menyeduh kopi yang enak rasanya dan mengundang juri tingkat nasional yakni Mba Tika dari Madura.
Ia juga mengatakan, bahwa pecinta kopi sejak dulu tetapi minum kopinya harus dicampur gula. Padahal kata dokter, minum kopi yang bagus itu tanpa gula.
“Tapi setelah dikasih resep dari juri, akhirnya bisa minum kopi tanpa gula dan saya diajarkan cara menyruput kopi dengan benar yang dilidah merasakan enak dan tidak ada rasa pahitnya,” ungkapnya.
Lani menambahkan, hasil kopi dari kebun Desa Adinuso Kecamatan Reban terbukti mempunyai kualitas kopi yang bagus serta sudah diakui pecinta kopi di Jawa.
“Melihat hasil panennya saja bagus. Meskipun daerah lain mengalami penurunan hasil panen tetapi disini tetap melimpah panennya,” terangnya.
Sementara itu, Presiden Batang Coffee Rifani mengatakan, bahwa pihaknya mengadakan tradisi wiwitan panen kopi sebagai wujud syukur atas hasil panen Desa Adinuso.
“Kegiatannya diawali dari arak-arakan sedekah bumi, dilanjutkan panen kopi bersama serta terakhir ditutup dengan lomba menyeduh kopi robusta dengan peserta ada 30 orang barista dari Jawa Tengah dan Jawa Timur,” jelas Rifani.
Ia menjelaskan lomba menyeduh ini menggunakan manual browing kopi robusta asli Kabupaten Batang yakni Kopi Surjo, Kopi Silurah, dan Kopi Kemiri Barat.
“Pada umumnya kami mengalami penurunan 30 persen hasil panen. Tetapi yang berada di Kebun ini saja sudah panen 4 ton dari luasan lahan 2 hektar. Harga kopi asalan sudah mencapai Rp44.000,00 per kg,” bebernya.
Ia berharap, dengan adanya tradisi wiwitan panen kopi, hasil panen pada tahun depan semakin melimpah dan tentunya dapat mencukupi kebutuhan kehidupan petani kopi. (eko/redaksi)