Di Antara Panggilan Hati dan Minimnya Gaji

infojateng.id - 6 Juli 2019
Di Antara Panggilan Hati dan Minimnya Gaji
 - ()
Penulis
|
Editor

Sebuah catatan yang patut jadi perenungan para penentu kebijakan. 

*Oleh

Paguyuban GTT PTT Kabupaten Pati

MENJADI seorang wiyata bakti (WB), baik itu sebagai Guru Tidak Tetap (GTT) ataupun Pegawai Tidak Tetap (PTT) yaitu Penjaga, Operator, TU, Pustakawan di sekolah negeri bagaikan profesi dengan adanya panggilan dari hati. Namun, apa daya ketika WB dihadapkan dengan kenyataan tentang minimnya gaji.

Seorang WB bekerja dengan status sebagai honorer, bekerja dengan mendapatkan honor dari sekolah, ada pula yang mendapatkan tambahan berupa bantuan kesejahteraan (bankes).

WB sendiri merupakan wujud rasa cinta dan setia untuk mengabdikan diri terhadap dunia pendidikan yang berhubungan dengan pembelajaran. Ada getar tersendiri ketika mereka berniat memilih jalan ini. Serasa hidup yang mempunyai panggilan hati untuk menyampaikan ilmu yang telah didapatkan.

Ilmu sudah sepantasnya untuk diamalkan, tidak untuk dimiliki sendiri. Mereka lah yang masih setia memilih untuk berjuang di dunia pendidikan, khususnya bagi mereka yang berkerja di SD negeri. Ketika anak-anak generasi penerus bangsa berada pada usia keemasannya yaitu ketika masa awal di SD, masa yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Akan seperti apa jadinya jika ada sekolah tanpa guru beserta pegawainya?
GTT mengajar layaknya guru pada umumnya. Mereka datang mengajar untuk mencerdaskan anak bangsa. Jumlah jam mengajar pun juga hampir sama dengan guru-guru yang sudah PNS. Lebih dirasakan lagi oleh GTT yang mengajar sebagai guru kelas, beban jam mengajar sudah melebihi beban jam minimal untuk guru PNS sertifikasi yaitu 24 jam pelajaran.

Banyaknya GTT di SD negeri juga disebabkan banyaknya guru PNS yang pensiun, sekolah pun membutuhkan GTT untuk mengisi kekosongan dari kelas yang ada.

Jumlah GTT PTT Non Kategori 2 (Non K2) di kabupaten Pati berdasarkan data bulan Maret 2019 adalah 2.573 orang. Akan tetapi, ketika panggilan hati dihadapkan kenyataan yang ada, yaitu ketika profesi itu terkadang bertolak belakang dengan pikiran karena minimnya gaji. Lalu, apa saja yang menjadi pertentangan pikiran dengan hati mereka?

Minimnya Kesejahteraan
Nominal honor per bulan GTT PTT Non K2 di Kabupaten Pati bervariasi, tergantung jumlah jam mengajar atau sedikit banyaknya jumlah siswa di SD.

Berdasarkan data yang diterima Pengurus GTT PTT Kabupaten Pati, guru kelas berkisar Rp 85.000,00 sampai Rp 600.000,00. Guru mapel antara Rp 75.000,00 sampai Rp 250.000,00. Sedangkan PTT ada yang Rp 100.000,00 sampai Rp 750.000,00 tergantung sedikit banyaknya pekerjaan juga.
Selain honor dari sekolah yang bersumber dari dana BOS, ada juga guru kelas, mapel, dan penjaga yang mendapatkan bantuan kesejahteraan (bankes), bagi yang sudah mengabdi minimal 2 tahun. Pada tahun 2019, nominal bankes yang diterima GTT di SD negeri Rp 200.000,00 per bulan, sedangkan bankes penjaga SD negeri Rp 62.500,00.

Lalu, berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang, GTT dan PTT Non K2 mendapatkan bankes per bulan dengan nominal yang berbeda sesuai Tanggal Mulai Tugas (TMT). TMT sebelum tahun 2006 mendapat Rp 850.000,00; TMT tahun 2006-2010 mendapat Rp 700.000,00; TMT tahun 2011-2015 mendapat Rp 550.000,00; dan TMT mulai tahun 2016 mendapat Rp 250.000,00.

Selain itu, dari lampiran keputusan Gubernur Jawa Tengah nomor 560/68 tahun 2018 tentang upah minimum pada 35 kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah tahun 2019, beberapa diantaranya sebagai berikut. Upah minimum kabupaten Jepara Rp 1.879.031,00; kabupaten Pati Rp 1.742.000,00; dan kabupaten Rembang Rp 1.660.000,00.

Berdasarkan data yang ada, minimnya gaji atau kesejahteraan menimbulkan pertentangan hati dan pikiran. Benar-benar masih jauh di bawah upah minimum. Jika diakumulasi per harinya, bahkan tak mencapai Rp 30.000,00. Seakan hanya dapat dijadikan sebagai uang ganti transport. Padahal, upah kuli sehari mencapai Rp 65.000,00 sampai Rp 100.000,00. Bukankah profesi orang yang ada mayoritas berawal dari didikan guru?

Mereka yang bersedia menjadi GTT PTT Non K2 di SD negeri juga merasakan hal yang sama. Mereka sama-sama datang pagi ke sekolah dan pulang siang. Bukankah salah satu tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa?

Kurangnya Minat Anak menjadi Guru
Zaman dulu, banyak anak yang punya cita-cita menjadi guru. Akan tetapi, dewasa ini minat anak menjadi guru sangatlah rendah. Hal ini terlihat dari berbagai peristiwa yang sudah dialami oleh mereka yang menjadi guru. Pun banyak dari anak yang melihat orang tuanya yang sebagai guru, terlihat begitu berat untuk dijalani.

“Saya guru kelas WB tahun 2005, gaji saya Rp 325.000,00, itu sambil ngajar mapel Bahasa Inggris lho, Bu,” ungkap Bu Subur, salah satu GTT di kecamatan Dukuhseti.

Pagi sampai siang guru harus berada di sekolah, dengan jasa GTT per hari yang tak mencapai Rp 30.000,00.
Dengan gaji minim diminta untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. Hanya saja, setelah GTT mengajar di sekolah mereka harus pontang panting mengurus rumah tangga, mencari pekerjaan sampingan. Begitu pula yang dialami oleh PTT. Entah itu membuka jasa pengetikan, melayani permintaan les privat, menjadi penjaga toko, berjualan jajan, makanan, pakaian, ada pula yang berkeliling menjual garam, dan banyak lagi jenis pekerjaan yang dilakukan mereka.

Selain itu, Pak Mutaakhirin GTT di kecamatan Tayu menyampaikan hal yang dirasakannya, “Kalau saya tahun 2019 ini sebagai Guru Agama, Operator Aset dan BOS, juga teknisi IT maupun printer. Hanya saja, ketika menjadi teknisi tidak mendapatkan apa-apa. Padahal, ketika service printer langsung dibawa ke tukang service, berapapun langsung dibayar.”

Bahkan, ada paparan kisah yang membuat hati semakin menjerit. Bu Uliya, GTT dari kecamatan Juwana menyampaikan ketika anaknya ditanya tentang cita-cita, anaknya menjawab, “Saya tidak mau menjadi guru karena kasihan melihat ibu, sudah mengajar selama 14 tahun lebih, katanya gaji sebulannya sekarang ya Rp 350.000,00 saja.”

Sungguh di luar dugaan tentang kenyataan yang ada. Menjadi guru karena panggilan hati tetapi bertentangan dengan pikiran karena minimnya gaji. Benar-benar membuat otak dan tenaga harus bekerja berkali-kali. Mengajar dan menyampaikan ilmu, juga harus memikirkan kebutuhan hidup yang harus terpenuhi. Dengan kesejahteraan guru yang rendah, jangan sampai menjadikan anak bangsa trauma untuk menjadi seorang pendidik.

Semoga ke depan ada peningkatan gaji dan kesejahteraan GTT PTT Kabupaten Pati.

*Paguyuban GTT PTT Kabupaten Pati adalah Paguyuban Guru Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Kabupaten Pati.




Tinggalkan Komentar

Terbaru Hari Ini

Ahmad Luthfi Pastikan Koperasi Desa Merah Putih Siap Beroperasi

Ahmad Luthfi Pastikan Koperasi Desa Merah Putih Siap Beroperasi

Eks Karesidenan Surakarta   Info Jateng   Potensi Desa
Gubernur Jateng: KDMP Sumbung Boyolali Jadi Penggerak Ekonomi Desa

Gubernur Jateng: KDMP Sumbung Boyolali Jadi Penggerak Ekonomi Desa

Eks Karesidenan Surakarta   Info Jateng
Viral Guru Madin Demak Kena Denda Rp 25 Juta, Taj Yasin Turun Tangan

Viral Guru Madin Demak Kena Denda Rp 25 Juta, Taj Yasin Turun Tangan

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng
Fungsi Keluarga Solusi Hadapi Masalah pendidikan Hingga Lingkungan

Fungsi Keluarga Solusi Hadapi Masalah pendidikan Hingga Lingkungan

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng
Cerita Haru Siswa Sekolah Rakyat di Jateng, Usai Sekolahnya Diresmikan Gubernur

Cerita Haru Siswa Sekolah Rakyat di Jateng, Usai Sekolahnya Diresmikan Gubernur

Eks Karesidenan Surakarta   Info Jateng   Pendidikan
Pengajar Korsel Kunjungi SMAN 2 Batang, Ada Apa?

Pengajar Korsel Kunjungi SMAN 2 Batang, Ada Apa?

Eks Karesidenan Pekalongan   Info Jateng   Pendidikan
Tanamkan Nasionalisme, SMPN 2 Bandar Kolaborasi dengan Koramil

Tanamkan Nasionalisme, SMPN 2 Bandar Kolaborasi dengan Koramil

Eks Karesidenan Pekalongan   Info Jateng   Pendidikan
Marak Beras Oplosan, Disperindagkop Pantau Sejumlah Pasar

Marak Beras Oplosan, Disperindagkop Pantau Sejumlah Pasar

Eks Karesidenan Pekalongan   Info Jateng
Fornas 2025, Kontingen Jateng Targetkan Tiga Besar

Fornas 2025, Kontingen Jateng Targetkan Tiga Besar

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Olahraga
Air Mata Guru Madrasah Itu Akhirnya Terbayar: Gus Miftah Datang Bawa Harapan dan Umrah

Air Mata Guru Madrasah Itu Akhirnya Terbayar: Gus Miftah Datang Bawa Harapan dan Umrah

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Laporan Khusus
Pemprov Dukung Regenerasi Petani Muda Jawa Tengah Lewat Zilenial

Pemprov Dukung Regenerasi Petani Muda Jawa Tengah Lewat Zilenial

Eks Karesidenan Kedu   Info Jateng
Pemprov Jawa Tengah Kuatkan Keluarga dengan Beragam Program di Harganas

Pemprov Jawa Tengah Kuatkan Keluarga dengan Beragam Program di Harganas

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Olahraga
Taj Yasin Dorong Pesantren Miliki Layanan Kesehatan Santri

Taj Yasin Dorong Pesantren Miliki Layanan Kesehatan Santri

Eks Karesidenan Banyumas   Eks Karesidenan Pekalongan
Ahmad Luthfi Dinobatkan sebagai Kepala Daerah Inspiratif

Ahmad Luthfi Dinobatkan sebagai Kepala Daerah Inspiratif

Eks Karesidenan Surakarta   Info Jateng
Guru Madin di Demak Didenda Rp 25 Juta, Begini Kronologinya

Guru Madin di Demak Didenda Rp 25 Juta, Begini Kronologinya

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng
Penjamah Makanan SPPG Wajib Ikuti Pelatihan Dinkes Pati

Penjamah Makanan SPPG Wajib Ikuti Pelatihan Dinkes Pati

Eks Karesidenan Pati   Info Jateng   Laporan Khusus
Hari Pertama Sekolah, Bupati Kudus Tegaskan Komitmen Antibullying

Hari Pertama Sekolah, Bupati Kudus Tegaskan Komitmen Antibullying

Eks Karesidenan Pati   Info Jateng   Laporan Khusus   Pendidikan
Dukung Swasembada Pangan, Petani Jateng Mulai Pakai Alat Canggih

Dukung Swasembada Pangan, Petani Jateng Mulai Pakai Alat Canggih

Eks Karesidenan Surakarta   Info Jateng
BPR BKK Demak Tidak Menahan Agunan, Pelayanan dan Transparansi Jadi Komitmen Utama

BPR BKK Demak Tidak Menahan Agunan, Pelayanan dan Transparansi Jadi Komitmen Utama

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Laporan Khusus
Bakal Digelar di Jateng, Pomnas Ungkit Prestasi dan Ekonomi

Bakal Digelar di Jateng, Pomnas Ungkit Prestasi dan Ekonomi

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Olahraga
Close Ads X