Rembang, infojateng.id – Berbagai program terus dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang untuk menekan kasus stunting.
Salah satunya, pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan makanan lokal kepada balita dan ibu hamil, yang kekurangan energi kronik (KEK).
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Rembang drg Dini Nuraida menuturkan, PMT berbahan pangan lokal adalah makanan tambahan pangan yang diberikan untuk memperbaiki status gizi balita dan ibu hamil.
Kegiatan yang disertai dengan edukasi gizi dan kesehatan dilakukan untuk perubahan perilaku, misalnya dengan dukungan pemberian ASI, edukasi dan konseling pemberian makan, higiene sanitasi untuk ibu, pengasuh, dan keluarga.
“Kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi. Tentunya dengan memanfaatkan potensi pangan lokal secara berkelanjutan, ” ujar Dini, saat dihubungi via telepon, Minggu (10/9/2023).
Dini menyampaikan, penyelenggaraan PMT berbahan pangan lokal untuk balita dan ibu hamil di Kabupaten Rembang mengacu pada petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk balita dan ibu hamil tahun 2023 dari Kemenkes RI, dan Surat Edaran Dinas Kesehatan Nomor 4061 Tahun 2023.
Ditambahkan, sasaran PMT lokal meliputi balita gizi kurang, balita dengan berat badan kurang, dan balita dengan berat badan tidak naik.
Sedangkan, lanjut dia, untuk ibu hamil yang kurang energi kronis (KEK) yang mempunyai indeks massa tubuh prahamil atau trimester I sebesar kurang dari 18,5 kg/m2, memiliki ukuran lingkar lengan atas (Lila) di bawah 23,5 cm, dengan anemia dan penyakit bawaan.
Ia menyebut, sasaran penerima makanan tambahan lokal hingga saat ini sejumlah 2.377 balita dan 676 ibu hamil.
Ia juga menambahkan, pelaksanaan PMT lokal dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penggunaan bahan lokal. Kader di desa berpartisipasi mulai dari pembelian bahan makanan, pengolahan, distribusi, hingga pemantauan. PMT lokal diberikan selama 90 hari secara berturut-turut, setiap hari dimulai serempak pada tanggal 17 Juli 2023.
“PMT berupa tambahan, bukan pengganti makanan utama. Menu makanan tambahan berupa kudapan dan makanan lengkap siap santap kaya protein hewani dengan siklus menu 10 hari,” ungkapnya.
Dini menjelaskan, menu terdiri dari menu wajib, sama se-Kabupaten Rembang, yang dapat diakses di https://bit.ly/menuPMT2023 dan menu tambahan sesuai dengan kreativitas puskesmas.
Menurutnya, PMT lokal ini juga dipantau secara harian, mingguan, dan bulanan oleh tim. Meliputi daya terima makanan, berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas (Lila).
Selain PMT, untuk membantu memirunkan angka stunting, Pemkab Rembang juga meluncurkan Gerakan Sedekan Telur Peduli Stunting, yang akan dimulai Jumat (15/9/2023).
Gerakan sosial tersebut merupakan gerakan yang dilakukan para ASN Pemkab Rembang, seminggu sekali dan akan didistribusikan ke 29 desa prioritas stunting.
Wakil Bupati Rembang Mochammad Hanies Cholil Barro’ mengatakan, langkah tersebut untuk memberikan asupan gizi tambahan kepada anak-anak stunting. Saat ini, masih ada sekitar 1.228 bayi bawah dua tahun (Baduta) yang terkena stunting.
Wabup menegaskan, gerakan tersebut sifatnya sukarela dan tidak ada paksaan.
“Namanya sedekah ini keikhlasan, tapi kita tidak biarkan liar. Kita gerakan, kita atur teknis sedekahnya,” tegas Gus Hanies, sapaannya, saat ditemui usai memimpin rakor di Aula Bappeda Kebupaten Rembang, Jumat (8/9/2023).
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kecamatan Pamotan, Mufti Affandi sangat mendukung gerakan sedekah telur ini.
“Kita punya rejeki dibagi kepada warga yang kurang mampu atau anak-anak yang membutuhkan. Saya pribadi sangat setuju, tidak keberatan, yang penting ikhlas,” tuturnya. (eko/redaksi)