PATI – Pelaksanaan Suluk Maleman edisi ke 102 digelar secara daring mulai Sabtu (20/6) hingga Minggu (21/6). Dalam kesempatan itu, Habib Anis Sholeh Baasyin mengungkapkan penedapan physical distancing atau jarak fisik bisa juga diterapkan di media sosial (medsos).
Menurutnya, pandemi yang terjadi saat ini harusnya menjadi ruang evaluasi diri. Dalam situasi darurat seperti ini sudah selayaknya peradaban yang sempat morat marit diharapkan kembali ditata agar dapat lebih baik lagi.
Saat ini diyakininya justru menjadi kesempatan semua pihak untuk menawarkan alternatif peradaban yang lebih baik. Sayangnya, banyak orang yang ketakutan karena pandemi, namun hal itu tidak menghentikan sikap saling mencaci di medsos.
Habib Anis bahkan mengajak untuk melakukan physical distancing tidak hanya pada sesama namun juga ke media sosial. Pasalnya media sosial sekarang ini dinilainya lebih banyak virus berbahaya layaknya Covid-19.
“Medsos seperti pasar malam dengan orang yang memiliki kemampuan seperti apapun boleh ngomong. Medsos bukan lagi menjadi wajah demokrasi. Ironisnya medsos justru memberi ruang orang yang tidak berilmu untuk memaki orang berilmu. Lantas apakah kita akan tetap membangun kebudayaan yang seperti itu?,”terangnya.
Sementara itu, budayawan Budi Mariono mengaku keheranan lantaran sekarang banyak yang melihat terdampak Covid hanya sebatas dari sisi ekonomi saja. Namun belum ada yang melihat apakah terdampak secara pikiran, hati maupun secara iman.