KUDUS – Tim Pengabdian Universitas Muria Kudus (UMK) membuat mesin untuk memproduksi mainan anak-anak kepada perajin mainan di Desa Karanganyar, Kecamatan Welahan, Jepara. Sebelumnya, para perajin menggunakan alat manual untuk proses produksi.
Ketua Tim Pengabdian UMK Imaniar Purbasari mengatakan, dengan adanya mesin tersebut diharapkan agar produksi bisa lebih cepat dan efisien. Di desa tersebut paling banyak membuat mainan tarik, trotokan dan kitiran, semuanya mainan tradisional atau jadul.
“Semuanya dikerjakan secara manual, padahal permintaan mainan tradisional tersebut masih cukup banyak. Melihat itu, kami langsung berinisiatif untuk membuat masin atau alat yang memudahkan pembuatan mainan, karena di pasaran belum ada,” katanya kemarin.
Semua mainan rata-rata menggunakan bahan spon, untuk itu pihaknya membuat mesin pemotong spon hidrolis. Pihaknya membuat mesin berdasarkan survei terlebih dahulu, sehingga pembuatan mesin bisa digunakan maksimal, sesuai kebutuhan perajin mainan.
“Mesinnya sederhana, bisa gonta-ganti cetakan dan kapasitasnya lebih besar,” terangnya.
Untuk operasional mesin cukup mudah, cukup tekan tombol on, maka mesin hidrolis bekerja. Lalu tuas tekan digerakkan, maka silinder hidrolis yang membawa cetakan potong untuk memotong bahan.
Sehingga mesin tersebut memiliki beberapa kelebihan, selain operasional mudah, mesin juga lebih efisien, karena tidak membutuhkan banyak tenaga dan perajin bisa mengoperasikan hanya dengan duduk.
Tak hanya itu, dengan adanya mesin tersebut, produk mainan yang diproduksi bisa konsisten. Karena memiliki cetakan yang sama dan dibuat dengan mesin hidrolis yang memiliki tingkat presisi tinggi. “Tapi ada kekurangannya juga, tapi lebih banyak kelebihannya,” ujarnya.
Kekurangan alat antara lain, karena mesin inovasi baru, tentu masih perlu penyempurnaan dan biaya tambahan listrik. Selain itu mesin belum bisa berjalan model auto, karena rangkaian masih sederhana.
Sebelum pembuatan mesin hidrolis, pihaknya juga sudah melakukan pendampingan di perajin mainan tersebut. Baik berupa manajamen usahanya hingga pendampingan berupa pembuatan model atau gambar yang lebih menarik, sesuai dengan kesukaan anak-anak saat ini. “Sebelumnya, gambarnya masih jadul, belum menyesuaikan keadaan terkini,” imbuhnya.(IJL/IJD)