Kudus, infojateng.id- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus menggelar pelatihan kelompok sadar wisata (pokdarwis) di Balai Desa Japan, Kecamatan Dawe. Kegiatan tersebut berlangsung mulai Senin (16/10/2023) hingga hari ini.
Dalam kesempatan itu, Kepala Disbudpar Kudus Mutrikah menekankan agar seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan komitmen mengembangkan desa wisata.
“Kalau dari masyarakat, kemudian pengelola desa wisata, pokdarwis dan pemerintah desa kompak mengembangkan desa wisata, tentu pemerintah daerah tidak akan tutup mata. Apalagi, di sini (Desa Japan, Red) potensinya sangat banyak. Jadi harus kompak,” kata Mutrikah.
“Untuk mengembangkan desa wisata tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Perlu peran semua pihak. Terutama kekompakan masyarakat yang paling penting untuk semakin dikuatkan. Kalau masyarakatnya saja tidak kompak, bagaiamana pengembangan desa wisata bisa berjalan baik,” tambahnya.
Saat ini, lanjut Mutrikah, bahwa pengembangan Desa Wisata Japan pada maping awal yakni fokus pada Wisata Alam dan Budaya, termasuk kopi sebagai komoditas unggulan masyarakat Desa Japan.
Sementara itu, salah satu narasumber dalam pelatihan tersebut, Octavianus Boli atau yang akrab disapa Ipung mengungkapkan bahwa kopi asal Desa Japan, Kecamatan Dawe bisa menjadi salah satu komoditas andalan bagi masyarakat desa setempat. Apalagi, potensi kopi lokal desa tersebut bisa setara dengan kualitas kopi dunia.
Ahli kopi dari Java Legend Coffee Labs and Education itu mengungkapkan, kopi robusta terbaik yang ada di Kawasan Pegunungan Muria salah satunya dari para petani di Desa Japan.
Apalagi, menurut Ipung, kualitas dan mutu kopi sebanyak 60 persen ditentukan oleh petani dan prosesor yang mengolah dari kopi petik atau buah hingga menjadi green bean atau biji kopi. Sisanya, sebanyak 40 persen kualitas kopi ditentukan oleh roaster dan barista.
“Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi masyarakat Japan. Karena, kopi terbaik di lereng Muria, salah satunya di Desa Japan ini. Karena itu, para petani kopi dan masyarakat Desa Japan harus benar-benar memanfaatkan keuntungan tersebut,” katanya.
Ipung menambahkan, apabila penanaman dan pengolahan kopi di tingkat proses awal, yakni petani dan prosesor baik, ia yakin bisa meningkatkan harga kopi lokal. Dengan begitu, harapannya bisa berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.
“Kami mendorong agar masyarakat Desa Japan untuk berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas dan mutu kopi Japan,” ujarnya.
Kepala Desa Japan Sigit Tri Harso memaparkan, perkebunan kopi cukup mendominasi di Desa Japan. Dari 317 hektar luas wilayah, tercatat 109 hektar merupakan lahan sawah, dan 208 hektar lahan bukan sawah, meliputi huma, hunian, dan area perkebunan. Khusus luas area perkebunan kopi mencakup sekitar 75 hektar.
“Dari luasan perkebunan ini, Desa Japan menghasilkan lebih dari 200 ton biji kopi per tahun. Saat ini tercatat lebih dari 36 industri rumah tangga yang menjual kopi olahan, meliputi roastery, pengemasan, cafe, serta produk makanan turunan dari kopi,” paparnya.(redaksi)