Sudaryono menerangkan pasukan “jangkrik” itu sebenarnya hanya “guyonan” politik di Jawa Tengah agar memudahkan berkomunikasi. Dia menerangkan Gerindra ini besar karena memiliki jaringan yang besar sampai ke level paling rendah.
Lanjutnya, Gerindra mendapatkan dua bonus dalam pemenangan Prabowo-Gibran. Pertama, bonus dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang terdiri dari lebih banyak parpol daripada koalisi parpol lainnya, sehingga mendapat bonus lebih banyak caleg dan juru kampanye. Karena itu, para caleg tak sekadar promosi diri mereka tetapi di KIM sepakat caleg juga promosi Prabowo-Gibran.
“Jadi di KIM ini, selain Gerindra yang kampanye Pak Prabowo temannya banyak, lebih banyak dari partai koalisi lainnya. Bonus kedua adalah Mas Gibran yang juga orang Jateng. Di survei, beliau calon tunggal terkuat untuk Gubernur Jateng karena surveinya tertinggi dan yang lain jauh sekali tertinggal. Mas Gibran ini pengaruhnya besar dan representasi Pak Jokowi. Orang mengasosiasikan Mas Gibran sebagai representasi Pak Jokowi,” ujarnya.
Sudaryono mengaku tetap optimistis meskipun ada dinamika di Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK). Dia menyatakan sejak awal siapa pun cawapresnya tetap kerja keras, apalagi cawapresnya sekarang Gibran.
Dia menegaskan apa pun dinamika di pusat, Gerindra Jateng tetap kerja keras dan semangat memenangkan Prabowo-Gibran.
“Kami santai saja. Ini hanya gimik-gimik untuk mengalihkan isu saja,” jelasnya.(fid/lut)