Batang, Infojateng.id – Mendongeng di era serba digital kini menjadi sesuatu yang mahal dan sangat jarang didengar oleh anak.
Padahal, dalam mendongeng tersirat pesan moral serta akan menimbulkan kedekatan emosional antara anak dan orang tua.
Peringatan Hari Pahlawan kali ini, SDN Kauman 7 Kecamatan Batang mengundang pendongeng nasional, Kunduri.
Kisah-kisah yang didongengkan, digunakan sebagai media dalam membentuk karakter anak, sekaligus menanamkan semangat kepahlawanan dalam diri.
Kunduri mengatakan, mendongeng adalah media yang paling mudah diterima anak, karena jauh dari kesan menggurui.
“Yang terpenting pandai memilih metode agar dongeng yang disampaikan mengandung nilai-nilai pendidikan,” kata Kunduri, usai mendongeng kisah kepahlawanan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, di hadapan pelajar SDN Kauman 7, Kabupaten Batang, Jumat (10/11/2023).
Tidak mengapa, kata dia, jika orang tua tidak fasih mendongeng, karena sekarang banyak media online yang dapat dimanfaatkan untuk mencari bahan mendongeng.
“Bisa juga mengajak anak ke tempat-tempat bersejarah untuk mengedukasi dan memahami suatu tokoh atau peristiwa,” tuturnya.
Pesan yang dapat dipetik, adalah anak mampu mengenal lebih dekat pahlawan di sekitar mereka. Yakni kedua orang tua, para guru dan bagi yang beragama Islam tentu meneladani sikap kepahlawanan Nabi Muhammad SAW.
Salah satu siswa, Kiano menyampaikan, cerita atau dongeng baginya tidak terlalu asing. Pasalnya, setiap kali ada kesempatan bersama ayahandanya, selalu mendengar dongeng-dongeng yang menginspirasi menjadi anak saleh.
“Biasanya siang hari ayah selalu mendongeng. Pernah didongengi kisah Nabi Ibrahim ketika akan dibakar oleh Raja Namrud, tapi berkat ketakwaannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, tidak terbakar sedikitpun,” ucap Kiano.
Sementara itu, Guru SDN Kauman 7, Casodo mengatakan, cerita yang disampaikan pendongeng sangat tepat karena bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, yang mengusung nilai-nilai karakter anak berjiwa Pancasila.
“Anak-anak gen Z ini sangat jauh dengan kebiasaan mendongeng, jadi perlu ada pembiasaan agar tidak merasa asing lagi dengan dongeng,” jelas Casodo.
Ia menambahkan, kegiatan mendongeng dipilih karena sesuai dengan Kurikulum Merdeka, yang mengedepankan karakter Pancasila dan kepahlawanan. (eko/redaksi)