Jepara, Infojateng.id – Daya saing industri furniture dan kerajinan Indonesia di pasar global terletak pada kualitas motif dan bahan baku yang digunakan.
Hal itu disampaikan Direktur Regional I Kementerian PPN/Bappenas Abdul Malik Sadat Idris saat melakukan kunjungan lapangan ke kawasan industri manufaktur di PT. ELS Artsindo Tahunan Jepara, Rabu (8/11/2023).
“Ukiran Jepara merupakan salah satu kekayaan intelektual dengan kearifan lokal yang dapat meningkatkan nilai tambah produk industri furniture dan kerajinan kayu Indonesia,” kata Abdul Malik.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Koordinator II Jawa dan Bali Kementerian PPN/Bappenas Jayadi, Tenaga Ahli Basah Hernowo, Kepala Bidang Perekonomian, Infrastruktur, Sumber Daya Alam dan Kewilayahan (PISDAK) Bappeda Kabupaten Jepara Dwi Yogo Adiwibowo, Owner PT. ELS Artsindo Eunika Lenny Silas.
Abdul Malik menambahkan, pandemi Covid-19 sangat berpengaruh kepada ekspor dan impor, terutama mebel yang ada di Jepara.
Ia mendorong mebel yang ada di Jepara untuk bisa bangkit lagi di pasar Internasional.
“Setelah pandemi Covid-19 Jepara harus mampu bangkit,” tambahnya.
Dia mengatakan, bahan dan produk yang dihasilkan harus tetap dijaga kualitasnya. Hal tersebut agar ukir Jepara mampu bersaing di taraf internasional, mengingat sekarang sudah banyak negara-negara lain mampu menciptakan produksi mebel sendiri.
“Hal ini karena Jepara telah dikenal sebagai penghasil produk mebel berkualitas dengan ukiran khasnya,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perekonomian, Infrastruktur, Sumber Daya Alam dan Kewilayahan (PISDAK) Bappeda Kabupaten Jepara Dwi Yogo Adiwibowo mengatakan, Pemkab Jepara terus mendorong pelaku mebel agar menjaga kelestarian yang menjadi salah satu identitas Kabupaten Jepara agar senantiasa terjaga.
Selain industri mebel, di Jepara terdapat kerajinan khas yaitu di Desa Mulyoharjo yang terkenal sebagai sentra patung, Desa Senenan terkenal sebagai sentra kaligrafi, Desa Tahunan terkenal sebagai pengrajin kursi dan meja. (eko/redaksi)