Kendal, Infojateng.id – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kendal, Ferinando Rad Bonay menghadiri Lokakarya 7 Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan ke-8 di SMK Negeri 2 Kendal, Minggu (3/12/2023).
Acara juga dihadiri oleh Perwakilan Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Tengah, Toni Setiawan, dan diikuti oleh para guru penggerak angkatan 8 yang berjumlah 28 orang, terdiri dari jenjang TK, SD, SMP, SMA/SMK.
Ferinando menyampaikan, bahwa para Guru Penggerak harus siap menjadi pemimpin, karena sudah dilatih sebagai pemimpin di satuan pembelajaran.
Ia mengungkapkan, bahwa saat ini ada sekitar 160 kekosongan Kepala Sekolah SD, dan yang memenuhi syarat untuk diangkat menjadi kepala sekolah hanya sekitar 70 orang.
“Para Guru Penggerak itu harus siap menjadi pemimpin, karena ada guru penggerak yang sudah kita ikutkan assesmen untuk menjadi kepala sekolah, tetapi yang bersangkutan menyampaikan tidak bisa,” ujar Ferinando.
Ia juga menegaskan, agar para guru penggerak terus meningkatkan kompetensi untuk menjadi pemimpin di satuan pendidikan.
Sehingga, kata dia, nantinya saat menjadi kepala sekolah mampu menggerakkan seluruh komponen yang ada untuk menciptakan pelajar Pancasilais.
“Para guru penggerak harus mempersiapkan diri, terus belajar tentang teori kepemimpinan untuk menggerakkan SDM yang ada di sekolahannya masing-masing, sehingga dalat menciptakan profil pelajar Pancasila,” tuturnya.
Sementara itu, Toni Setiawan mengatakan, para guru penggerak telah mengikuti pembelajaran selama enam bulan.
Toni berharap, ilmu yang didapatkan bisa ditularkan kepada guru lainnya.
“Sehingga manfaatnya juga bisa dirasakan oleh para guru sekolahannya masing-masing,” ujar Toni.
Dalam kesempatan itu, Toni juga meminta kepada Disdikbud Kendal agar lebih mendayagunakan guru penggerak dengan membentuk dan mengaktifkan komunitas guru penggerak di Kabupaten Kendal.
Sedangkan, Herluna Trisansari sebagai salah satu guru penggerak dari SDN Purwosari mengatakan, kedepan akan menerapkan ilmu yang didapatkan, seperti halnya membuat program yang berpihak dan melibatkan para siswa.
“Sebelumnya dalam membuat suatu rencana program semua keputusan ada di guru. Namun setelah mengikuti pendidikan ini wawasan saya lebih terbuka akan pentingnya dilibatkan para murid dalam membuat suatu program pembelajaran,” kata Herluna. (eko/redaksi)