SEMARANG – Masyarakat Jawa Tengah (Jateng) dipersilakan untuk melaksanakan salat Idul Adha 1441 H berjamaah di masjid dan musalla saat pandemi covid-19. Meski begitu, dalam pelaksanaanya wajib menerapkan protokol kesehatan ketat.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah KH Ahmad Darodji mengatakan, kebijakan tersebut menimbang keinginan masyarakat yang ingin mendirikan Salat Iduladha di tempat ibadah. Kendati demikian, jumlah jemaah harus dibatasi.
Dia mencontohkan, Masjid Baiturahman Kota Semarang yang memiliki kapasitas sampai 3.000 orang lebih, nantinya jemaah yang bisa ikut salat hanya sekitar 750 orang. Begitu juga di Masjid Agung Jawa Tengah, dan masjid yang lain yang harus dibatasi.
“Sedangkan untuk jemaah yang mengikuti salat id di musala haruslah warga yang tinggal di sekitarnya,” kata Darodji ditemui usai menghadiri pelaksanaan ujian tes calon anggota Komisi Informasi Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jawa Tengah, di Kantor Dinas Kominfo Jateng, Rabu (15/7).
MUI jmenegaskan pihaknya tidak mengizinkan adanya pelaksanaan salat di lapangan, karena penerapan protokol kesehatan akan sulit dilakukan. Termasuk di dalamnya akan sulit untuk dilakukan jaga jaraknya.
“Sehinga kemungkinan besar itu, Insya Allah tidak disarankan di lapangan-lapangan. Karena itu akan sulit membuat protokol kesehatan maupun jaga jaraknya,” tegasnya.
Namun yang jelas, terang dia, penerapan protokol kesehatan di masjid, dan musala itu wajib diutamakan. Dia berharap pula masjid maupun musala yang akan dipakai untuk Salat Id agar lebih dulu disemprot disinfektan. Bahkan, tidak diperkenankan adanya karpet dan sajadah.
“Bahkan kalau masjid kita harapkan sebelumnya didisinfektan dulu. Tidak boleh ada karpet di situ. Semua bawa sajadah sendiri. Dan diharapkan sudah siap wudhu, meskipun di tempat (masjid atau musala) ada (tempat) wudhu, cuci tangan, dan sebagainya itu,” bebernya.(IJL)