SEMARANG – Penampilan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo setiap Kamis pekan keempat selalu menjadi sorotan. Bagaimana tidak, Ganjar selalu tampil nyentrik dengan mengenakan beragam pakaian adat khas dari berbagai belahan Nusantara.
Setelah Kamis pekan keempat bulan lalu Ganjar tampil nyentrik dengan baju adat Dayak Kenyah asal Kalimantan, hari ini Ganjar tampil gagah dengan balutan baju adat Melayu. Hanya saja, kali ini ia memadukan beberapa pakaian adat di hari Kamis Nusantara itu.
Dimulai dari baju, Ganjar memilih mengenakan baju adat Padang. Baju koko berwarna merah itu ia padukan dengan celana panjang berwarna serupa.
Tak hanya itu, ia juga memadukannya dengan ikat kepala yang bukan pasangan dari baju adat asal Padang tersebut, melainkan dari daerah lain. Sementara sarungnya, ia memilih memakai sarung khas asal Makassar.
“Ini baju adat Melayu, tapi Melayunya mana ya ini, saya lupa. Soalnya saya punya koleksi baju Melayu banyak, ada dari Bengkulu, Sumatera Barat, Riau dan lainnya,” kata Ganjar saat ngantor, Kamis (27/8) pagi.
Saking banyaknya koleksi baju adat Nusantara yang iamiliki, Ganjar mengatakan kadang kebingungan saat hendak mengenakannya. Misalnya hari ini, saat ia mengenakan baju adat Padang, ia mencari sarung pasangannya tidak ketemu.
“Saya cari sarungnya ndak ketemu, makanya saya pakai sarungnya ini dari Makassar. Yang penting gayanya seperti orang Melayu kan. Soalnya saya punya banyak, termasuk ada dari Kalimantan Barat itu juga mirip-mirip,” jelasnya sambil tertawa.
Gubernur yang terkenal ramah dengan rakyatnya itu memang gemar mengoleksi baju adat Nusantara. Uniknya, semua baju adat itu ia beli sendiri di tempatnya masing-masing. Saat berkunjung ke suatu daerah, cideramata yang selalu dicari saat ini adalah baju adat.
“Saya itu kalau pergi ke suatu daerah, selalu mencari souvenir apa yang paling unik. Kalau dulu saya hobi koleksi kaos oblong, sekarang mulai tertarik mengoleksi baju adat nusantara. Soalnya, setiap Kamis pekan keempat di Pemprov Jateng kan pakai baju adat nusantara, makanya saya kumpulkan. Setiap kunjungan ke beberapa daerah, saya pasti cari dimana toko yang jual baju adat, langsung saya beli,” jelasnya.
Meski hobi mengoleksi baju adat nusantara, namun Ganjar mengatakan tidak begitu memahami secara detil filosofi dari baju-baju yang ia kenakan itu. Namun menurutnya, pasti semua baju adat memiliki filosofi yang menarik untuk dikaji.
“Saya nggak tahu filosofisnya, yang menarik bagi saya adalah karya budayanya. Umpama ikat kepala ini, saya ndak tahu namanya apa, tapi dari bentuk dan cara mengikatnya seperti ini, pasti punya makna filosofis yang mendalam. Saya senang saja, kualitas kainnya bagus-bagus dan warnanya beragam,” jelasnya.
Ia mengatakan memiliki banyak koleksi baju adat nusantara di rumahnya. Meski begitu, ia masih mengidamkan banyak baju adat lain, karena kekayaan dan keragaman budaya Indonesia begitu besar.
“Soalnya beda-beda. Dulu saat saya pakai baju adat dari NTT, saya kira semua sama. Ternyata beda-beda, ada yang lapor ke saya, pak suku saya ndak seperti itu, di tempat saya beda pak. Padahal masih satu provinsi. Makanya saya masih terus akan memburu beragam koleksi baju adat,” ucapnya.
Meski begitu, Ganjar harus menunda perburuan koleksi baju adatnya, mengingat ia belum bisa leluasa pergi ke daerah lain akibat pandemi covid-19.
“Target dalam waktu dekat yang mau saya beli, ya tergantung kunjungan. Saya justru yang belum punya itu dari Jawa Timur, karena itu unik. Dan yang paling mencolok dari baju adat Jatim itu dari Madura. Saya kepengen punya baju adat Madura,” pungkasnya. (IJD)