Semarang, Infojateng.id – Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, menyambut hangat kedatangan puluhan bhikkhu thudong yang sudah tiba di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Nana menyatakan, Pemprov Jateng bersama TNI-Polri, akan mengawal dan menyukseskan ritual thudong hingga puncak peringatan Waisak 2024.
Hal itu disampaikannya seusai menerima kunjungan Panitia Thudong dalam rangka peringatan Hari Raya Waisak 2024 di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Rabu (13/5/2024).
“Kami menerima para bhikkhu thudong yang melakukan perjalanan dari Jakarta. Hari ini pukul 16.00 tiba di Gunungpati, Kota Semarang,” kata Nana.
Setidaknya, ada 40 bhikkhu yang melakukan ritual thudong. Di Semarang, mereka bermalam di Vihara Buddha Dipa, Gunungpati.
Pada Kamis 16 Mei 2024, para bhikkhu melanjutkan perjalanan ke Ambarawa, kemudian berlanjut ke Temanggung, diteruskan ke Borobudur, Magelang.
“Pemprov Jateng menyambut baik dari ritual keagamaan ini. Mereka adalah para biksu dari Thailand. Kami akan mengawal, mengamankan, dan menyukseskan seluruh rangkaian dari kegiatan ritual thudong ini,” tuturnya.
Ditambahkan, Pemprov Jateng juga berkomitmen untuk ikut menyukseskan rangkaian puncak peringatan Hari Raya Waisak 2024, yang dipusatkan di Candi Borobudur.
Sementara itu, Bhante Kamsai Sumano Mahathera berterima kasih atas dukungan yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat untuk menyukseskan dan melancarkan rangkaian Tri Suci Waisak 2568 BE/2024 Masehi.
“Kami berterima kasih kepada Indonesia. Kami asal Thailand dan ini tahun kedua (thudong). Manfaat thudong ini untuk kerukunan antara kami dengan Indonesia, masyarakat dengan masyarakat. Pemerintah juga sangat mendukung dan merestui kita,” kata Bhante Kamsai usai bertemu Pj Gubernur Jateng.
Dijelaskan, thudong merupakan jalan spiritual. Tujuannya untuk pelatihan hidup sederhana, secukupnya, dan melepaskan dari keduniawian.
“Buddha sudah pernah melakukan 2.566 tahun lalu. Kalau di Indonesia jarang ada bhikkhu jalan seperti itu. Tapi kalau di Thailand sudah menjadi kebiasaan bhikkhu,” jelasnya.
Thudong, terangnya, juga membuktikan, sepanjang perjalanan itu tercipta kerukunan yang sangat luar biasa di antara masyarakat dan para bhikkhu. (eko/redaksi)