PATI– Beberapa waktu lalu di media heboh tentang pemberitaan warga Banyumas yang terinfeksi Covid-19 meninggal secara mendadak tanpa gejala-gejala yang muncul. Seperti demam, batuk dan juga sesak nafas. Kondisi seperti ini dikenal dengan sebutan Happy Hypoxia.
Hypoxia adalah kondisi yang muncul ketika kadar oksigen di dalam tubuh menurun. Biasanya, orang yang mengalami hypoxia akan muncul gejala. Seperti sesak napas, gelisah, detak jantung cepat, batuk-batuk jika disebabkan oleh radang paru-paru. Bahkan sampai tidak sadarkan diri jika saturasi oksigen dalam tubuh semakin menurun.
Namun pada orang-orang yang mengalami happy hypoxia, gejala-gejala tersebut tidaklah muncul. Sebaliknya, pasien merasa kondisinya baik dan kadang tidak bergejala. Padahal jika mengalami hypoxia fungsi organ-organ vital di dalam tubuh semakin menurun. Kondisi hypoxia bisa diketahui melalui pengecekan menggunakan alat yang disebut pulse oximetri.
Alat tersebut akan mengukur saturasi oksigen dalam darah. Cara kerja alat ini menggunakan prinsip penyinaran cahaya dengan panjang gelombang tertentu melalui jaringan (paling sering pada dasar kuku).
Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Keluarga Sehat, dr. Pradhita Budi Pranata, M.H membenarkan adanya gejala happy hypoxia pada pasien Covid-19. Pasien suspect Covid-19 yang datang dalam kondisi berat sering memperlihatkan tanda happy hypoxia.
“Pasien terlihat stabil dengan pola pernafasan agak cepat namun saturasi oksigen dalam darah menurun drastis. Berbeda dengan kondisi hypoxia yang bukan disebabkan oleh Covid-19, orang yang mengalaminya akan menunjukkan gejala yang jelas seperti sesak napas, gelisah, keringat dingin, dan jantung berdebar sampai penurunan kesadaran. Dengan gejala yang khas tersebut muncul istilah happy hypoxia pada pasien Covid-19,” jelasnya.
“Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penyebab happy hypoksia pada pasien Covid-19, sehingga tatalaksana pada kondisi ini bisa tepat dan menurunkan angka kematian Covid-19,“ tambahnya.(IJA/IJL)