Menilik Sejarah Candi Cetho Karanganyar, Begini Asal Usulnya

infojateng.id - 5 Juni 2024
Menilik Sejarah Candi Cetho Karanganyar, Begini Asal Usulnya
Bangunan berbentuk kubu pada teras kesembilan Candi Cetho di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400 m di atas perrnukaan laut. Dok. Diskominfo Sragen - (infojateng.id)
|
Editor

Karanganyar, Infojateng.id –  Candi Cetho (ejaan Bahasa Jawa: cetha) merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15).

Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya.

Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda.

Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh.

Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400 m di atas perrnukaan laut.

Sampai saat ini, komplek candi digunakan oleh penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan populer sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut agama asli Jawa/ Kejawen.

Ketika ditemukan, keadaan candi ini merupakan rereuntuhan batu pada empat belas dataran bertingkat, memanjang dari barat (paling rendah) ke timur, meskipun pada sembilan teras saja.

Strukturnya yang berteras-teras membuat munculnya dugaan akan kebangkitan kembali kultur asli (“punden berundak”) pada masa itu, yang disintesis dengan agama Hindu.

Dugaan ini diperkuat dengan bentuk tubuh pada relief seperti wayang kulit, yang mirip dengan penggambaran di Candi Sukuh.

Pemugaran yang dilakukan oleh Humardani, asisten pribadi Suharto, pada akhir 1970-an mengubah banyak struktur asli candi, meskipun konsep punden berundak tetap dipertahankan.

Pemugaran ini banyak dikritik oleh pakar arkeologi, mengingat bahwa pemugaran situs purbakala tidak dapat dilakukan tanpa studi yang mendalam.

Bangunan baru hasil pemugaran adalah gapura megah di muka, bangunan-bangunan dari kayu tempat pertapaan, patung-patung Sabdapalon, Nayagenggong. bRawijaya V. Serta phallus, dan bangunan kubus pada bagian puncak punden.

Selanjutnya, Bupati Karanganyar Rina Iriani, dengan alasan untuk menyemarakan gairah keberagamaan di sekitar candi, menempatkan area Dewi Saraswati, sumbangan dari Kabupaten Gianyar, pada bagian timur kompleks candi.

Pada aras ketiga terdapat sebuah tataan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan kura-kura raksasa, surya Majapahit (diduga sebagai lambang Majapahit), dan simbol phallus (penis, alat kelamin laki-laki) sepanjang 2 meter dilengkapi dengan hiasan tindik (piercing) bertipe ampallang.

Kura-kura adalah lambang penciptaan alam semesta sedangkan penis merupakan simbol penciptaan manusia. Terdapat penggambaran hewan-hewan lain, seperti mimi, katak, dan ketam.

Simbol-simbol hewan yang ada, dapat dibaca sebagai suryasengkala berangkat tahun 1373 Saka, atau 1451 era modern.

Pada aras selanjutnya dapat ditemui jajaran batu padad dua dataran bersebelahan yang memuat relief cuplikan kisah Sudhamala, seperti yang terdapat pula di Candi Sukuh.

Kisah ini masih populer di kalangan masyarakat Jawa sebagai dasar upacara ruwatan. Dua aras berikutnya memuat bangunan-bangunan pendapa yang mengapit jalan masuk candi.

Sampai saat ini pendapa-pemdapa tersebut digunakan sebagai tempat pelangsungan upacara-upacara keagamaan. Pada aras ketujuh dapat ditemui dua arca di sisi utara dan selatan.

Di sisi utara merupakan arca Sabdapalon dan di selatan Nayagenggong, dua tokoh setengah mitos (banyak yang menganggap sebetulnya keduanya adalah satu orang) yang diyakini sebagai abdi dan penasehat spiritual Sang Prabu Brawijaya V.

Pada aras kedelapan terdapat arca phallus (disebut “kuntobimo”) di sisi utara dan arca Sang Prabu Brawijaya V dalam wujud mahadewa.

Pemujaan terhadap arca phallus melambangkan ungkapan syukur dan pengharapan atas kesuburan yang melimpah atas bumi setempat.

Aras terakhir (kesembilan) adalah aras tertinggi sebagai tempat pemanjatan doa. Di sini terdapat bangunan batu berbentuk kubus. (eko/redaksi)




Tinggalkan Komentar

Terbaru Hari Ini

Soal Regrouping Sekolah, PGRI Siap Bersinergi Sukseskan Kebijakan Bupati

Soal Regrouping Sekolah, PGRI Siap Bersinergi Sukseskan Kebijakan Bupati

Eks Karesidenan Pati   Pendidikan
Polres Jepara Gelar Panen Raya Jagung, Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Polres Jepara Gelar Panen Raya Jagung, Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Eks Karesidenan Pati   Info Jateng
Satgas Pemberantasan BKC Ilegal Demak Diresmikan, Bupati Instruksikan Ini

Satgas Pemberantasan BKC Ilegal Demak Diresmikan, Bupati Instruksikan Ini

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Pemerintahan
Rekomendasi Saham Hari Ini Usai IHSG Dibanting 7 Persen

Rekomendasi Saham Hari Ini Usai IHSG Dibanting 7 Persen

Investasi
Kurangi Sampah Organik, DLH Bersama YPCII Pasang 100 Losida di Desa Kenteng

Kurangi Sampah Organik, DLH Bersama YPCII Pasang 100 Losida di Desa Kenteng

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng
Bulog Pastikan Stok Beras di Klaten Aman Hingga lebaran

Bulog Pastikan Stok Beras di Klaten Aman Hingga lebaran

Eks Karesidenan Surakarta   Info Jateng
Jelang Lebaran, Harga Bahan Pokok di Pasar Tradisional Klaten Stabil

Jelang Lebaran, Harga Bahan Pokok di Pasar Tradisional Klaten Stabil

Ekonomi   Eks Karesidenan Surakarta   Info Jateng
Pantau Pasokan dan Harga Bahan Pokok, Pemprov Jateng Minta Pelaku Usaha Tak Timbun Barang

Pantau Pasokan dan Harga Bahan Pokok, Pemprov Jateng Minta Pelaku Usaha Tak Timbun Barang

Ekonomi   Eks Karesidenan Pekalongan   Info Jateng
Pemprov Jateng Buka Posko Aduan THR, Simak Cara Melapornya

Pemprov Jateng Buka Posko Aduan THR, Simak Cara Melapornya

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Pemerintahan
Distankan Sukoharjo Fasilitasi Penyerahan Alsintan

Distankan Sukoharjo Fasilitasi Penyerahan Alsintan

Eks Karesidenan Surakarta   Info Jateng   Pemerintahan
Gubernur Jateng Apresiasi Parpol Bentuk Badan Otonom Penanggulangan Kemiskinan

Gubernur Jateng Apresiasi Parpol Bentuk Badan Otonom Penanggulangan Kemiskinan

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Pemerintahan
Siapkan Posko Mudik Lebaran, Taj Yasin Apresiasi PW Ansor Jateng

Siapkan Posko Mudik Lebaran, Taj Yasin Apresiasi PW Ansor Jateng

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Pemerintahan
Investasi Rp 6 Triliun Masuk Jateng, Ahmad Luthfi Dukung Penyerapan Tenaga Kerja

Investasi Rp 6 Triliun Masuk Jateng, Ahmad Luthfi Dukung Penyerapan Tenaga Kerja

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Investasi   Pemerintahan
Gubernur Jateng Ancam Pidana Pelaku Penerbang Balon Udara Liar

Gubernur Jateng Ancam Pidana Pelaku Penerbang Balon Udara Liar

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Pemerintahan
Presiden Resmikan Renovasi Stadion Jatidiri dan 16 Stadion Lain, Ahmad Luthfi: Menambah Semangat Anak Muda

Presiden Resmikan Renovasi Stadion Jatidiri dan 16 Stadion Lain, Ahmad Luthfi: Menambah Semangat Anak Muda

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Olahraga
Ning Nawal Ajak BKOW Sukseskan Program “Satu Kecamatan Satu Rumah Perlindungan”

Ning Nawal Ajak BKOW Sukseskan Program “Satu Kecamatan Satu Rumah Perlindungan”

Eks Karesidenan Semarang   Info Jateng   Pemerintahan
Bupati Jepara Pimpin Rakor High Level Meeting Kesiapsiagaan Jelang Idulfitri 1446 H

Bupati Jepara Pimpin Rakor High Level Meeting Kesiapsiagaan Jelang Idulfitri 1446 H

Eks Karesidenan Pati   Info Jateng   Pemerintahan
Pemkab Jepara Bakal Gencarkan Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih

Pemkab Jepara Bakal Gencarkan Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih

Eks Karesidenan Pati   Info Jateng   Pemerintahan
Pemkab Blora Dukung Penuh Program Sekolah Rakyat yang Diinisiasi Presiden Prabowo

Pemkab Blora Dukung Penuh Program Sekolah Rakyat yang Diinisiasi Presiden Prabowo

Eks Karesidenan Pati   Info Jateng   Pemerintahan   Pendidikan
WBP Lapas Kelas IIB Batang Diberi Kesempatan Bukber Bareng Keluarga

WBP Lapas Kelas IIB Batang Diberi Kesempatan Bukber Bareng Keluarga

Eks Karesidenan Pekalongan   Info Jateng
Close Ads X