BANJARNEGARA – Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen meninjau pelaksanaan protokol kesehatan di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Mantrianom, Kamis (17/09). Pondok pesantren menjadi pihak yang dipilih untuk digandeng. Pasalnya, pondok pesantren menjadi tempat berkumpulnya sekelompok orang yang jumlahnya relatif bervariasi, dengan aktivitas kegiatan pendidikan baik formal dan informal.
Diakuinya, menertibkan 34 juta lebih masyarakat Jawa Tengah untuk mematuhi protokol kesehatan bukanlah pekerjaan yang mudah. Maka, butuh bantuan pihak yang punya pengaruh signifikan dalam melaksanakan penertiban.
Selain alasan tersebut, di dalam pondok pesantren, juga terdapat tokoh agama maupun masyarakat yang menjadi panutan. Dengan begitu, akan lebih efektif dalam mengedukasi masyarakat.
“Tidak mudah mendisiplinkan masyarakat Jawa Tengah yang kurang lebih 34 juta. Sehingga kami punya pemikiran dari kumpulnya beberapa pondok pesantren, kami inisiasi. Maka kami butuh tokoh masyarakat, wabil khusus para kyai dan santri,” tuturnya.
Inisiasi ini, disambut baik pondok pesantren Tanhibul Ghofilin dengan pendirian posko pemeriksaan di pintu utama, pemasangan cairan antiseptik dan penyediaan tempat cuci tangan di banyak sudut. Bahkan, setiap santri yang datang diwajibkan menunjukkan hasil rapid test dan mengisolasi diri di gedung isolasi selama 14 hari.
Ketatnya protokol kesehatan di Pondok Pesantren Tanhibul Ghofilin diakui salah satu santrinya bernama Gibran. Setelah santri masuk pondok akan sulit keluar karena di setiap perbatasan terdapat pos penjagaan. Untuk menjaga imunitas tubuh, diadakan pula senam pagi. Santri juga harus cuci tangan sebelum dan setelah melaksanakan aktivitas.
“Di sini tidak boleh keluar. Tiap perbatasan ada pos penjagaan. Semua aktivitas dilaksanakan dengan protokol kesehatan,” ujarnya.
Lantaran protokol kesehatan yang diterapkan ketat, Gibran bahkan berpendapat, pondok pesantren adalah tempat yang paling aman dari penyebaran covid-19. Setelah masuk pondok pesantren, santri tidak akan kontak dengan orang di luar.
“Saya merasa pondok pesantren sangat aman karena karantina bukan cuma dua minggu, tapi selama saya di sini merasa di karantina dan tempat paling aman karena kita melakukan aktivitas sesuai protokol kesehatan dan tidak kontak fisik dengan orang luar,” jelasnya
Usai dari Pondok Pesantren Tanhibul Ghofilin, gus Yasin, sapaan karib Taj Yasin Maimoen akan meresmikan Masjid Baiturrahman di Desa Pesangkalan Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara. Selain meresmikan masjid, Gus Yasin begitu biasa disapa, juga menyerahkan pentasharufan Zakat Infaq Sodakoh senilai Rp 25 juta. Pentasharufan itu untuk pembangunan TPQ Baiturrahman. (IJD)