PATI – Kopi khas Desa Medani, Kecamatan Cluwak kini kian banyak diminati. Kopi yang dihasilkan lereng Muria tersebut dinilai memiliki cita rasa yang unik dan khas.Tingkat permintaannya pun diakui semakin meningkat.
Bahkan meski pandemi, permintaan kopi dari desa itu terbilang tetap tinggi. Para petani disana menyebut justru mengalami kenaikan penjualan.
Seperti yang diungkapkan Susiantini, salah satu produsen Kopi di Desa Medani. Selama beberapa bulan terakhir ini penjualannya justru meningkat hingga hampir 50 persen. Bila biasanya perminggu hanya mampu produksi sekitar 10 kilogram selama pandemi ini dia bisa memproduksi antara 15 hingga 20 kilogram.
“Permintaannya justru sangat baik. Mungkin karena banyak di rumah saja sehingga permintaan untuk membeli kopi jadi meningkat. Sehingga mereka bisa ngopi sendiri di rumah,”imbuhnya.
Permintaan itupun tak hanya datang dari sekitar Pati saja namun banyak juga datang dari kota besar seperti Jogjakarta dan Jakarta. Hal itu pulalah yang meyakinkannya pandemi tak mempengaruhi penjualan kopinya. “Kalau sekitar Pati sendiri sudah cukup banyak. Seperti kirim ke Jepara, Rembang dan Kudus,”imbuhnya.
Kopi khas Desa Madani memang banyak dikenal memiliki ciri khas. Meski memiliki butir biji yang kecil namun rasa pahitnya cukup terasa. Selain itu ada rasa sedap yang jarang ditemukan di kopi jenis lainnya.
“Untuk harganya cukup terjangkau. Kopi dengan berat 200 gram kami menjualnya hanya Rp 20 ribu. Itu untuk jenis jotos atau campuran petik merah,”imbuhnya.
Selain membuka stand di rumahnya di Desa Medani, Kecamatan Cluwak, hingga saat ini dia mengaku mengandalkan penjualan secara daring. Dia berharap penjualan kopi dapat terus mengalami trend yang positif kedepannya.(IJH)