PATI – Selain potensi pertanian seperti kopi, Desa Gulangpongge, Kecamatan Gunungwungkal rupanya juga memiliki keindahan alam yang luar biasa. Dari keindahan alam khas pegunungan itulah yang kemudian dijadikan sebagai asset destinasi wisata di Pati Utara tersebut.
Diantaranya yang jadi andalan di Desa Gulangpongge yakni Bukit Pengusen. Objek wisata di lereng gunung Muria itu memang menawarkan beragam daya tarik menawan. Di puncak dengan ketinggian 1.000 meter diatas permukaan laut (mdpl) pengunjung bisa menikmati keasrian khas pegunungan dipadukan pemandangan Kota Rembang dari atas ketinggian.
Pemandangan kota tetangga itu lebilh menawan lagi saat malam hari tiba. Tata lampu terlihat begitu elok saat dipadukan dengan gemerlap bintang dan rembulan. Terlebih di Bukit Pengusen juga bisa dimanfaatkan untuk berkemah.
Keseruan saat berkemah pun semakin lengkap saat matahari terbit. Warna jingga dari matahari terlihat terpantul dari pantai utara Rembang. Semua itu juga bisa disaksikan dari Bukit Pengusen. Belum lagi udara dingin yang berasal dari pegunungan dan hutan pinus di sekitar tempat wisata tersebut.
Di objek wisata yang masih dalam proses penggarapan ini, memang menyuguhkan bentang alam khas Pegunungan Muria tepatnya di bawah puncak Termulus. Sebelah selatan pengunjung akan disambut deretan hutan pinus, sementara sebelah utara kemegahan Gunung Genuk Jepara dapat terlihat jelas.
Kepala Desa Gulangpongge, Kuntardi mengatakan, pihaknya hingga saat ini memang terus melakukan pembenahan terhadap tempat wisata tersebut. Rencananya wisata itu akan diresmikan sesaat setelah pandemi ini berakhir.
“Sebenarnya ingin dibuka pada pertengahan tahun 2020, hanya saja karena adanya pagebluk, kami rencanakan buka awal tahun 2021 mendatang,”ujarnya kepada awak media.
Selain sebagai tempat wisata, Bukit Pengusen juga rupanya memiliki nilai historis yang tinggi. Nama bukit Pengusen sendiri ternyata berasal dari sejarah tempat tersebut dijadikan pengungsian saat jaman Belanda.
“Tempat ini dulu memang dijadikan tempat pengungsian warga Belanda yang terdesak sekitar tahun 1945. Dulu disini masih ada sejumlah bangunan seperti Loji, dan kantor perkebunan kopi. Tapi sudah diruntuhkan oleh warga,”ujarnya.(IJB/IJH)