PATI – Melihat potensi yang cukup besar membuat Desa Sukobubuk, Kecamatan Margorejo melirik budidaya maggot atau belatung dalam menangani sampah. Keberadaan maggot itu bahkan memiliki banyak manfaat. Baik untuk lingkungan maupun dari sisi ekonomi.
Ide itu memang muncul lantaran awalnya banyak sampah basah baik dari rumah tangga maupun sisa pertanian serta milik para penjual sayur dan buah yang tak tertangani dengan maksimal.
Alhasil sampah organic itu hanya dibuang begitu saja di pinggir jalan, atau ke sungai. Hal itu berdampak pada pemandangan yang tak enak dilihat serta memunculkan bau tak sedap.
“Dari situ kami kepikiran untuk membudidayakan maggot sebagai solusinya,”terang Rifki Suweno, ketua Karang Taruna Desa Sukobubuk.
Maggot itu memang dibudidayakan dengan diberikan pakan sampah basah atau sampah organik. Dalam sebulan sedikitnya 80 hingga 100 kilogram sampah basah bisa diurai dengan maggot itu. Sehingga potensi tumpukan sampah di sungai dan jalan pun bisa diuraikan.
“Keuntungan lainnya, setelah besar maggot itu bisa dijual untuk dijadikan pakan ternak. Terutama pakan ikan seperti lele maupun nila yang sudah banyak dikembangkan,”ujarnya.
Bahkan diakuinya penggunaan maggot untuk pakan ikan sekarang ini tengah menjadi trend tersendiri. Lantaran selain sebagai solusi keterbatasan pakan ikan, maggot juga memiliki kadar protein yang tinggi.
“Untuk maggot nya sendiri kami sudah menjual lebih dari 136 kilogram. Dengan harga jual antara Rp 8 hingga 10 ribu perkilonya. Sebenarnya pesanan cukup banyak. Tapi kami masih keterbatasan tempat,”imbuhnya.
Maggot diakuinya memang memiliki keunggulan waktu budidaya yang relatif singkat. Dari telur sampai panen dibutuhkan waktu kisaran 15 hingga 20 hari saja. Prosesnya lalat maggot akan ditaruh di egis agar bertelur. Telur itu kemudian akan ditunggu hingga satu minggu agar menjadi maggot barulah kemudian ditaruh di bak sampah basah untuk pembesaran.
“Sekali panennya sendiri kami bisa menghasilkan 15 hingga 20 kilogram maggot,”tambahnya.
Keuntungan budidaya maggot rupanya juga tak berhenti disitu. Sisa makanan maggot bisa dijadikan pupuk. Mereka memberi nama “Kasgot” atau bekas maggot. Selain itu mereka juga bisa menghasilkan pupuk cair juga. Untuk pupuk ini bahkan bisa sampai Rp 15 ribu perliternya.
“Namun keuntungan terbesarnya, setelah modal awal sekarang ini hampir dikatakan untuk biaya operasionalnya sangat minim. Jadi sangat menguntungkan,”ujarnya.(IJB/IJL)