*Oleh Y.M.V. Trisunu H.W.
Guru Kelas 6 SD Negeri Jatingaleh 01, Candisari, Kota Semarang
Tahun 2020, UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia berada di angka 0,001 atau satu orang yang rajin membaca di antara 1000 orang. Ini tentu jauh dari kebiasaan membaca yang dilakukan warga Jepang atau warga negara maju. Penulis mengamati lebih banyak warga Indonesia yang lebih suka ngrumpi dengan tetangga atau ngobrol di warung kopi dibandingkan dengan membaca.
Gambaran di atas tentu jauh dari budaya literasi. Yang secara sederhana diartikan bahwa literasi adalah kemampuan dalam membaca dan menulis. Membaca dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa hingga diproses menjadi suatu pengertian. Sementara itu, menulis adalah mengungkapkan pemikiran dengan mengukirkan lambang-lambang bahasa hingga membentuk suatu pengertian.
Menurut https://ditpsd.kemdikbud.go.id, literasi baca tulis adalah kecakapan untuk memahami isi teks tersirat ataupun tersurat untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri. Sedangkan membaca diartikan sebagai proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa hingga diproses menjadi suatu pengertian.
Literasi lebih dari sekedar kegiatan membaca dan menulis, tetapi mencakup keterampilan dalam berfikir menggunakan sumber pengetahuan dalam bentuk visual, cetak, auditori maupun digital. Ferguson (dalam Kemendikbud, 2016, hlm.8) komponen literasi informasi, antara lain Literasi Dini, yakni kemampuan menyimak, memahami bahasa lisan serta berkomunikasi melalui gambar juga lisan yang dibentuk oleh pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial. Selanjutnya, Literasi Dasar yakni sekolah diandalkan untuk lebih mengembangkan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, mencipta, dan matematika siswa.
Dengan mengambil konsep Ki Hadjar Dewantara, tentang Silih Asih, berarti interaksi dengan memegang teguh nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Silih Asah, berarti semangat mengembangkan diri dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Silih Asuh, berarti memperkuat ikatan secara emosional untuk kepentingan kolektif maupun pribadi.
Mengacu pemikiran Ki Hadjar Dewantara tersebut, penulis mengadakan kegiatan Reading Budhies.Kegiatan ini disederhanakan sebagai kegiatan membaca antar-teman, diterapkan antara siswa kelas 6A kepada semua siswa kelas 1 berdasarkan kelompok yang telah dibagi. Pembagian kelompok teridiri dari sebanyak 6-7 siswa kelas 1, pembaca cerita dari kelas 6A sebanyak 2-3 siswa. Siswa membaca dari cerita bergambar yang relevan dengan bacaan anak kelas 1 yang diambil dari https://www.letsreadasia.org/.