*Oleh Kepala SD N Jatingaleh 01, Kota Semarang Sutikno, S.Pd
Peningkatan kualitas pendidikan menjadi salah satu prioritas utama dalam kebijakan pendidikan nasional. Di tengah perubahan zaman dan perkembangan teknologi, sekolah memiliki peran yang krusial untuk memastikan siswa memiliki keterampilan dasar yang kuat dalam literasi dan numerasi.
Literasi dan numerasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca, menulis, atau berhitung, tetapi mencakup pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap informasi serta penerapan pemikiran kritis dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, manajemen sekolah yang berorientasi pada budaya literasi dan numerasi menjadi kunci dalam mendukung pencapaian pendidikan yang berkualitas.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, literasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan teks dengan cara yang reflektif dan bermakna. Sementara itu, numerasi lebih dari sekadar kemampuan menghitung, tetapi juga melibatkan penerapan konsep matematika dalam memecahkan masalah nyata. Kedua kemampuan ini merupakan dasar bagi pengembangan kompetensi lain, seperti berpikir kritis, kreatif, serta mampu berkolaborasi dan berkomunikasi secara efektif.
Peran manajemen sekolah sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan budaya literasi dan numerasi. Sekolah yang sukses dalam membangun budaya ini biasanya ditandai dengan adanya kepemimpinan yang visioner dan kolaboratif. Kepala sekolah bersama timnya perlu merumuskan strategi jangka panjang yang berfokus pada peningkatan kualitas literasi dan numerasi baik bagi siswa maupun guru. Ini bisa dimulai dengan pengembangan program pelatihan yang berkelanjutan bagi para guru agar mereka memiliki kemampuan yang memadai dalam menyampaikan materi pembelajaran literasi dan numerasi dengan cara yang inovatif dan menarik.
Selain pengembangan profesional bagi guru, manajemen sekolah juga harus mengintegrasikan literasi dan numerasi ke dalam setiap aspek pembelajaran. Literasi tidak hanya diajarkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi juga dalam mata pelajaran lain seperti Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam. Demikian pula dengan numerasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika, kimia, bahkan ekonomi. Penguatan literasi dan numerasi ini harus dilakukan secara holistik, dengan pendekatan lintas disiplin ilmu yang mendorong siswa untuk mengaitkan konsep yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan sehari-hari.
Selain aspek kurikulum, manajemen sekolah juga harus menyediakan fasilitas yang mendukung tumbuhnya budaya literasi dan numerasi. Perpustakaan yang kaya akan bahan bacaan, baik cetak maupun digital, menjadi elemen penting dalam memfasilitasi siswa untuk memperdalam keterampilan literasi mereka. Di samping itu, alat bantu belajar numerasi yang interaktif, seperti permainan edukatif dan media visual, dapat membuat pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan mudah dipahami.
Namun, membangun budaya literasi dan numerasi di sekolah tidak cukup hanya dilakukan di dalam lingkungan sekolah saja. Manajemen sekolah perlu menjalin kerja sama yang erat dengan orang tua dan komunitas di sekitar sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung di rumah. Orang tua dapat dilibatkan dalam program literasi dengan menyediakan waktu khusus untuk membaca bersama anak-anak atau mendukung kegiatan yang berhubungan dengan numerasi di rumah. Selain itu, sekolah juga dapat bekerja sama dengan perpustakaan umum, toko buku, atau lembaga pendidikan lainnya untuk memperluas akses terhadap sumber belajar yang lebih beragam.
Tantangan terbesar dalam mengembangkan budaya literasi dan numerasi sering kali berasal dari keterbatasan sumber daya dan rendahnya minat baca di kalangan siswa. Untuk mengatasi hal ini, sekolah perlu kreatif dalam menyusun program-program yang menarik, seperti lomba membaca, pekan literasi, atau festival numerasi yang melibatkan seluruh warga sekolah. Melalui kegiatan-kegiatan seperti ini, siswa diharapkan tidak hanya melihat literasi dan numerasi sebagai kewajiban akademis, tetapi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari yang menyenangkan dan bermanfaat.
Secara keseluruhan, manajemen sekolah yang berorientasi pada budaya literasi dan numerasi harus mencakup pendekatan yang terintegrasi antara pengembangan kurikulum, pelatihan guru, dukungan fasilitas, serta keterlibatan orang tua dan masyarakat. Dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan literasi dan numerasi, sekolah akan mampu menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga siap menghadapi tantangan global dengan keterampilan berpikir kritis dan problem solving yang kuat. Literasi dan numerasi bukan hanya tujuan akhir, melainkan alat untuk membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah.(*)