KUDUS – Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus terus berupaya menekan angka kasus kematian ibu dan anak. Bentuk upaya yang dilakukan antara lain dengan membuka kelas ibu hamil di 19 Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Kudus. Serta sinau bareng satu hari belajar buku KIA bersama TP PKK Kabupaten Kudus.
Kabid Kesmas DKK Kudus Anik Retnowati mengungkapkan, angka kematian ibu di Kudus sampai awal Oktober 2020 ada 11 kasus. Semua ibu yang meningal sudah mendapatkan penanganan yang maksimal di rumah sakit.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Anik Retnowati saat diwawancarai sejumlah awak media.
“Kebanyakan karena pre eklamsi atau keracuanan kehamilan. Seperti darah tinggi, kaki bengkak, kejang. Dengan upaya yang sudah kami lakukan, harapannya angka tersebut tidak bertambah hingga akhir tahun,” jelasnya.
Kasus risiko tinggi di Kudus terbilang tinggi. Yakni sebesar 28 persen atau sekitar 4.200-an. Kasus risiko tinggi ini dipengaruhi sejumlah faktor. Seperti hamil terlalu muda atau kurang 20 tahun, terlalu tua atau di atas 35 tahun, terlalu sering dengan jarak kehamilan kurang dari 3 tahun dan terlalu banyak atau anak lebih dari 3 orang.
“Faktor lainnya juga karena ibu hamil mengalami anemnia, kurang gizi dan memiliki penyakit kronis. Jika ibu hamil memiliki kondisi buruk, anaknya hampir bisa dipastikan bermasalah juga,” terangnya.
Anak dan ibu usai memeriksakan kesehatan belum lama ini.
Kelas ibu hamil di setiap puskesmas mencakup edukasi ibu hamil. Mulai dari perhatian gizi, tanda bahaya kehamilan, tanda bahaya persalinan, senam, kelainan payudara hingga KB setelah melahirkan.
DKK Kudus juga telah melakukan inovasi program melalui aplikasi Si Bulan. Inovasi ini dimaksudkan agar mempermudah proses rujukan. Sebagai upaya meminimalisir agar tidak terjadi terlambat penanganan terhadap ibu hamil dalam proses persalinan. (daf)