PATI – Munculnya sejumlah persoalan saat pandemi menjadikan semangat bagi para pemuda Desa Trangkil, Kecamatan Trangkil untuk memperjuangkan pendidikan di desanya. Mereka membuat terobosan dengan memberikan pengajaran kepada warga desa.
Langkah itu dilakukan lantaran proses pembelajaran daring yang diisyaratkan saat pandemi ini memang tak semulus seperti yang diwacanakan pemerintah pusat. Seringkali muncul persoalan baru tak sebatas dari pemenuhan “kuota” belaka.
Hariyono, perwakilan dari Forum Pemuda Trangkil (Petra) menyebut, kegiatan Petra Mengajar saat ini rutin digelar setiap satu minggu sekali. Langkah itu dilakukan lantaran para pemuda mengaku gelisah dari dampak diterapkannya pembelajaran daring.
“Yang terjadi saat pembelajaran daring, siswa SD diberikan tugas kemudian harus dikerjakan dalam bimbingan orang tua. Persoalannya tentu tak sebatas kuota saja. Realitanya, banyak orangtua yang tidak siap dalam pendampingan anak belajar,”ujarnya.
Persoalan itu seperti banyaknya orang tua yang kesulitan soal waktu lantaran bekerja di pabrik maupun kantor. Belum lagi tantangan kesabaran orang tua dalam menghadapi sikap anak. Alhasil seringkali hal tersebut berdampak orang tua membentak anak, bahkan ibu dan ayah cekcok hanya lantaran tugas anak.
“Hal itulah yang kemudian menginspirasi kami menghadirkan sebuah ruang belajar bagi anak SD kelas 1-6. Kami lakukan secara mandiri. Bahkan untuk pengajar dan pengelolanya semua dari relawan dengan background yang beragam. Mulai dari tenaga pengajar SD, guru PAUD, mahasiswi, dan potensi-potensi lain ditingkat desa,”imbuhnya.
Beruntung para relawan itu begitu legowo dan iklash dalam memberikan pelajaran. Bahkan ada pula donatur yang berbaik hati memberikan papan tulis, maupun kamus Bahasa Inggris yang bisa dipakai anak-anak kapan saja.
“Sekarang ini ada sekitar 14 anak dengan relawan pengajar lima orang. Bahkan ada pengajar dari luar desa yang sukarela meluangkan waktunya menemani anak-anak belajar disini,”imbuhnya.
Prosesnya sendiri, para relawan biasanya akan mendampingi anak-anak untuk melihat tugas sekolah telah diselesaikan atau belum. Jika belum mereka akan dibantu untuk menyelesaikannya. Barulah setelah dirampungkan akan diisi dengan materi tambahan seperti Matematika dan Bahasa Inggris.
“Pemilihan materi ini karena ketersediaan keahlian tenaga pengajar. Bisa saja diwaktu yang akan datang akan berkembang materi pendidikan yang lain. Seperti beberapa waktu lalu mendatangkan Youtuber bagi para pemuda. Proses belajar mengajar pun tetap menjaga protokol kesehatan yang ketat,”terangnya.
Di tempat yang dijadikan ruang belajar darurat itu juga telah disiapkan sejumlah buku bacaan yang nyaman untuk anak-anak. Mereka memang ingin anak-anak dapat memiliki ketertarikan untuk membaca disela seranagan gawai yang kian meresahkan seperti sekarang ini.
Petra sendiri diakuinya merupakan perkumpulan pemuda desa Trangkil yang bertujuan membentuk organisasi sehat melalui karakter pemuda yang jujur, kreatifitas dan ikhlas mengabdi pada masyarakat.(IJB)