PATI – Meski berada di pinggiran Kabupaten Pati, namun Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo rupanya menyimpan kekayaan sejarah yang begitu besar. Disana terdapat cukup banyak peninggalan sejarah yang patut untuk dibanggakan.
Bahkan baru-baru ini tim cagar budaya Kabupaten Pati telah mendatangi desa tersebut untuk melakukan penelitian. Beberapa diantaranya juga diajukan untuk menjadi situs cagar budaya.
Desa Prawoto memang dikenal sebagai Bumi Kasunanan. Ada banyak situs bersejarah disana. Bahkan balai desanya juga memiliki sejarah yang kuat. Selain itu juga ada Makam Sunan Prawoto dan masjid Wali.
Di desa tersebut juga terdapat sejumlah artefak yang tersebar di sejumlah titik di Desa Prawoto, Kecamatan. Keberadaan artefak itu dinilai begitu kaya dan potensial untuk direkonstruksi.
Ki Herman Sinung Janutama, sejarawan dan budayawan asal Jogja saat melakukan napak tilas di Desa Prawoto beberapa waktu lalu menyebut meski peninggalan yang tersisa tidak begitu banyak namun sangat baik dan potensial untuk diteliti.
“Kami melihat artefak ini bisa direkonstruksi untuk menjadi kota tua. Bukan hanya sekedar desa tapi kota. Dan dari konstruksi itulah yang nantinya akan memperlihatkan bagaimana kemajuan planologi atau cara berfikir peradaban jaman dahulu,”terang Ki Sinung kepada Suara Merdeka.
Dari artefak yang diketemukan, dia pun melihat jika Prawoto dulu memang dibangun menjadi sebuah peradaban kota. Termasuk dari bukti-bukti yang diketemukan seperti adanya gapura, maupun keberadaan sejumlah artefak batu yang diperkirakan bukan asli dari Prawoto.
“Kami mendapatkan ada artefak yang diperkirakan sengaja didatangkan dari daerah lain. Oleh karena itulah kami yakin Prawoto ini sengaja dibangun. Bahkan konsepnya juga menarik, yakni ada kota diatas dan ada kota di bawah,”ujarnya.
Sementara itu Ali Romdhoni, peneliti yang juga merupakan dosen Unwahas mengaku tertarik dengan peradaban Prawoto di jaman dahulu. Warga Desa Prawoto itu mengaku kaget lantaran Prawoto pernah ditulis secara detail oleh peneliti asal eropa H.J.De Graf.
“Awalnya saya mulai melakukan penelusuran sejak tahun 2001 sampai sekarang. Saya kaget dalam membaca tulisan De Graf tentang runtuhnya majapahit dan berdirinya Mataram Islam dijelaskan secara detil tentang Prawoto. Tentu sebagai orang Prawoto saya menjadi tertarik,”ujarnya.
Hal itulah yang kemudian membuatnya melakukan penelusuran. Apalagi keterangan De Graf masih sangat relevan dengan kondisi Prawoto seperti sekarang ini. Seperti adanya bekas keraton, warga yang mewarisi cerita tutur, maupun disebutkan dalam berbagai babad seperti babad tanah jawi maupun disebutkan Ki Sinung muncul di serat Negara Kertagama.
“Bahkan saat belajar di Tiongkok saya menemukan jejak batu mirip dengan benda yang ada di Prawoto. Jejak batu itu saya temukan di masjid Niujie, masjid tertua yang ada di Beijing Tiongkok,”ujar lelaki yang juga menjabat sebagai wakil Rois PCINU Tiongkok ini. .
Sementara itu Kades Prawoto Ahmad Hyro Fachrus mengaku begitu mengapresiasi langkah penelitian artefak yang ada di desanya. Dirinya berharap langkah itu bisa membuka sejarah dan pemahaman akan sejarah desa Prawoto.
“Kami berharap nantinya bisa mengikuti apa yang diwarisi. Kami juga berharap nantinya bisa membuka destinasi wisata sejarah,”ujarnya.
Meski begitu diapun berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan potensi di Prawoto. Terlebih desanya tersebut memiliki kekayaan sejarah yang begitu luar biasa. Dia berharap dengan adanya napak tilas itu bisa menunjukkan peradaban besar yang pernah ada di Prawoto.(IJB)