PATI – Sebagian warga Pati mungkin belum mengetahui kesenian wayang klitik. Padahal itu menjadi salah satu kesenian yang dilestarikan di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Margoyoso. Kesenian itu cukup unik. Lantaran wayangnya terbuat dari kayu.
Wayang klitik cukup jarang dimainkan secara terbuka. Biasanya hanya setahun sekali itupun untuk sedekah bumi desa Tanjungrejo, Kecamatan Margoyoso. Yakni dipentaskan saat bulan Apit tepatnya pada 1 kliwon.
Kesenian wayang klitik memang seolah menjadi keharusan saat sedekah bumi disana. Pemerintah desa tidak berani meninggalkan. Karena telah menjadi tradisi yang berlangsung bertahun-tahun lalu.
Bahkan meskipun di daerah lain juga terdapat wayang klitik, diperkirakan wayang klitik asal Pati ini cukup tua.Pasalnya, dangkong atau tokoh yang disepuhkan dalam wayang klitik asal Desa Tanjungrejo ini diketahui bernama Jalodeh Prasonto atau bisa disebut pula Sabdo Palon Naya Genggong.
“Wayang klitik ini memang awalnya dibuat oleh Raden Pekik dari daerah Jawa Timur sendiri. Jadi diperkirakan sejak era Brawijaya. Sejak mbah-mbah dulu sudah ada wayang klitik ini,”terang Supriyono dalang wayang Klitik asal Tanjungrejo, Kecamatan Margoyoso.
Selain dari sisi cerita, wayang klitik biasanya dimainkan tanpa geber seperti layaknya wayang kulit. Selain itu wayang klitik asal Pati juga telah berbentuk tiga dimensi. Untuk menancapkannya juga tidak menggunakan pelepah pisang namun menggunakan kayu yang telah diberi lubang.
Warga masyarakat pun banyak yang menganggap kesenian wayang klitik masih sangat sakral. Bahkan beberapa wayangnya hampir jarang dikeluarkan kecuali saat dimainkan di sedekah bumi tersebut.
“Inilah yang kemudian membuat sangat sedikit yang mau menjadi dalangnya. Bahkan dalang yang sudah hebat pun kadang tidak berani memainkannya. Banyak mitos yang memainkannya bisa sampai sakit bahkan meninggal. Padahal sebenarnya lebih mudah memainkannya dibandingkan wayang yang lain,”terangnya.
Atas keprihatinan itulah yang kemudian membuatnya memberanikan diri untuk menjadi dalang wayang klitik. Padahal sebenarnya dia awalnya merupakan dalang wayang kulit. Sementara orang tua maupun kakeknya juga tidak ada yang memiliki sejarah pemain wayang klitik.
“Saat pertama kali memainkannya memang cukup berat. Tapi untungnya bisa. Saat itulah orang percaya saya bisa meneruskan menjadi dalang wayang klitik,”tambahnya.
Hingga saat ini sendiri dia mengaku belum memiliki kader yang bakal meneruskannya dalam menjadi dalang wayang klitik. Pasalnya dia hanya memiliki dua putri yang masih enggan untuk terjun ke dunia seni namun lebih memperdalam akademiknya. (IJB)