Oleh:
Rujiani, M.Pd.
Kepala SD Negeri Tlogowungu 02 – Pati
Infojateng.id – Kurikulum merdeka membawa dampak yang luar biasa bagi dunia pendidikan pada umumnya, dan memberikan keleluasaan bagi sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan segala kegiatan yang berkaitan dengan intrakurikuler dan kokurikuler. Perencanaan yang lebih matang mengacu pada data yang valid yaitu rapor Pendidikan sehingga segala sesuatu yang akan dilaksanakan sudah jelas penganggaran dan peruntukannya. Semakin kreatif dan inovatif para warga sekolahnya maka semakin banyak membawa perubahan ke arah pembelajaran paradigma baru.
SD Negeri Tlogowungu 02 merupakan satu-satunya sekolah yang masuk dalam Program Sekolah Penggerak Angkatan 3, yang saat ini telah memasuki tahun ke-dua. Sekolah dengan jumlah siswa paling sedikit di Kecamatan Tlogowungu ini tidak membuat ciut semangat para guru, justru sebagai sekolah rujukan maka beragam program kegiatan sebagai bentuk inovasi selalu dilakukan tanpa rasa pesimis. Setiap hari Sabtu di SD Negeri Tlogowungu 02 diadakan kegiatan yang beragam, mulai dari Sabtu saraoan sayur hijau, Sabtu bersih-bersih taman, Sabtu ceria jalan-jalan, Sabtu dodolan jajan, dan kegiatan yang jarang dilakukan karena hanya saat Sabtu ke-lima yaitu Sabtu guru tamu.
Sabtu guru tamu yang disingkat dengan ”saguta” dilaksanakan pada hari Sabtu minggu kelima, agak jarang pelaksanaannya karena tidak semua bulan mempunyai jumlah minggu sampai lima. Konsepnya adalah para wali murid yang berkenan untuk menjadi guru tamu menyampaikan kesediaannya melalui WhatsApp Group, selanjutnya guru berkoordinasi dengan wali murid yang bersedia menjadi guru tamu tersebut, lebih pada membantu menyiapkan segala sesuatunya jika dibutuhkan selama kegiatan. Wali murid bebas memberikan materi kepada siswa, seperti mengajari cara menggosok gigi, mengajak siswa menggambar bersama, mendampingi siswa membuat cilok, menceritakan profesi yang dilakoni oleh wali murid, dan yang terbaru kemarin adalah mengajarkan Teknik menari.
Kegiatan seperti memberikan wawasan kepada siswa tentang berbagai macam profesi, dan menambah terjalinnya silaturahmi antara guru dengan wali murid, dan wali murid dengan siswa.
Saguta tidak mengharuskan wali murid menjadi seorang guru, tetapi berbagi pengalaman ataupun keterampilan pada siswa. Perwakilan dari wali murid di masing-masing kelas berbagi cerita, dan berkolaborasi bersama guru untuk menyiapkan bahan tayang ataupun perlengkapan yang mendukung penyampaian materi. Misalnya saat penyampaian materi tentang menari, maka guru membantu menyiapkan salinan materi menari dan kelengkapan yang dibutuhkan seperti sound system, mikrofon, dan yang pasti mengondisikan siswa untuk siap mengikuti kegiatan dengan baik.
Kerjasama dengan orang tua dan masyarakat perlu diusahakan untuk terciptanya lingkungan belajar yang kondusif dan menyelaraskan program yang tertuang dalam kurikulum di sekolah dengan lingkungan anak di rumah. Kerjasama yang efektif dan komunikasi dengan orang tua sangat diperlukan dalam hal yang terkait dengan kepentingan dan perkembangan anak. Orang tua perlu mengetahui keadaan anak mereka dari unsur sekolah, dan manfaat bagi guru adanya komunikasi dengan orang tua siswa, diantaranya untuk memahami perilaku anak di rumah dari masukan orang tua siswa (Nugraha & Rahman, 2017).
Kegiatan yang sangat menyenangkan ini membawa dampak yang luar biasa pada siswa, guru, wali murid, dan sekolah. Terlihat siswa sangat antusias dan mengikuti dengan baik penyampaian materi dan kegiatan dari guru tamu, wajah berbinar dan bahagia pun terpancar. Rasa tulus ikhlas dari guru tamu juga terlihat, dan adanya kolaborasi yang terlihat menambah kerukunan dan rasa kekeluargaan dengan guru. Bagi sekolah berdampak luar biasa, karena dengan berjalannya program kegiatan saguta menjadikan SD Negeri Tlogowungu 02 menjadi rujukan dan kegiatannya diadopsi oleh sekolah yang lain.(redaksi)
Mantaapp buu