PATI – Sulitnya bahan baku kuningan dinilai menjadi salah satu penyebab sulitnya proses produksi kerajinan kuningan sekarang ini. Namun sejumlah perajin kuningan dari Desa Growong Lor, Kecamatan Juwana memiliki solusi tersendiri.
Agar tak kesulitan, sejumlah perajin kini berusaha memanfaatkan bahan baku bekas untuk kerajinan kuningannya.
Sudirno, salah satu perajin kuningan dari Desa Growong Lor mengamini sulitnya mendapatkan bahan baku tersebut. Tak hanya sulit, harga bahan baku kuningan itupun dinilai cukup mahal untuk didapatkan.
“Akhirnya banyak perajin yang gulung tikar karena sulit mendapatkan bahan bakunya. Mereka lebih memilih untuk mencoba usaha lainnya,”terangnya.
Diperkirakan sekarang ini tinggal 40 persen saja dari total sekitar 600an perajin yang ada. Sedangkan yang tersisa berusaha bertahan dengan mencoba membuat inovasi baru kerajinan kuningan. Padahal sampai sekarang ini pangsa kuningan dinilai masih cukup baik.
“Sekarang ini saya sendiri berupaya memenuhi bahan baku dengan mencari yang bekas atau daur ulang. Saya olah kembali. Hal tersebut terpaksa saya lakukan untuk mendapatkan bahan baku yang jauh lebih murah,”terangnya.
Produk kuningannya pun cukup bervariasi. Mulai dari kerajinan untuk hiasan seperti patung, dan lampu hias hingga sejumlah perkakas kebutuhan rumah tangga seperti suku cadang kompor gas, kran air, gagang pintu, maupun meteran air.
“Kami mengupayakan mencari yang memang masih dibutuhkan atau tengah ramai permintaannya. Itu yang kami produksi,”ujarnya.
Dia menyebut produk kerajinan kuningan Juwana memang sempat menguasai pasar kerajinan kuningan di Indonesia. Bahkan kerajinan kuningan juwana sempat laris hingga pasar ekspor ke manca negara.
“Kami berharap suatu saat kuningan bisa kembali merebut kejayaannya kembali,”imbuhnya.(IJB)