Semarang, Infojateng.id — Survei terbaru Litbang Kompas menunjukkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah nomor urut 1, Andika-Hendi, unggul tipis dengan perolehan elektabilitas 28,8%. Sementara itu, pasangan Luthfi-Yasin berada di angka 28,1%, selisih hanya 0,7% di belakangnya. Survei ini dilakukan pada 15 hingga 20 Oktober 2024 dengan melibatkan 1.000 responden dari provinsi Jawa Tengah, menggunakan metode tertutup dengan pencuplikan sistematis bertingkat. Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 95%, dan margin of error sekitar 3,1%.
Hasil survei Litbang Kompas menguatkan survei sebelumnya yang dirilis oleh SMRC, di mana pasangan Andika-Hendi juga unggul tipis dengan selisih 0,6% dari pasangan Luthfi-Yasin. Peneliti Litbang Kompas, Vincentius Gitiyarko, menyebut hasil ini sebagai indikasi persaingan yang ketat antara kedua pasangan calon. Menurutnya, sisa waktu sekitar tiga minggu menjelang hari pencoblosan pada 27 November 2024 akan sangat krusial bagi kedua kandidat.
“Kedua kandidat dirasa sama-sama kuat dan sama-sama menarik, sehingga masyarakat cenderung menunggu proses politik berjalan ke depan. Mungkin saja undecided voters yang sebesar 43,1% ini sebenarnya sudah punya pilihan tapi belum bisa memastikan,” tutur Vincentius.
Ia menambahkan bahwa tingginya angka undecided voters, yang mencapai 43,1%, masih menjadi faktor penting yang berpotensi mempengaruhi hasil akhir pemilihan. Jika dibandingkan dengan rata-rata tingkat partisipasi pemilih di Jawa Tengah pada dua pemilihan presiden terakhir yang mencapai sekitar 80%, angka undecided voters ini hampir dua kali lipat dari rata-rata golput di provinsi tersebut.
Selain itu, Vincentius juga menjelaskan bahwa kedua pasangan calon tampak memiliki basis pendukung yang berbeda dari segi demografis. Generasi Z, yang dikenal memiliki preferensi terhadap perubahan dan inovasi, cenderung lebih mendukung pasangan Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi. Sebaliknya, kalangan pemilih yang lebih senior lebih menunjukkan ketertarikan pada pasangan Ahmad Luthfi.
Survei Litbang Kompas ini sepenuhnya didanai oleh Harian Kompas (PT Kompas Media Nusantara), dan metode acak serta model tertutup yang digunakan memberikan gambaran tren elektabilitas kedua pasangan menjelang hari pencoblosan. Meski demikian, Vincentius mengingatkan bahwa hasil survei tidak menjamin hasil akhir pemilu, mengingat dinamika politik yang masih berkembang serta kemungkinan besar undecided voters akan menentukan pilihan mereka di detik-detik akhir.
Dengan persaingan yang ketat dan angka undecided voters yang tinggi, berbagai pendekatan kampanye dari kedua kubu diharapkan akan menjadi sorotan utama hingga hari pemilihan.
Seperti diketahui, Pasangan Cagub Cawagub Luthfi-Taj Yasin diusngu oleh Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM Plus) dalam hal ini, tidak begitu unggul dalam elektabilitas. Beberapa faktor dapat menjadi penyebabnya, dan salah satunya adalah kemungkinan kurang optimalnya kerja mesin partai pengusung di lapangan.
Secara teori, dukungan KIM Plus yang beranggotakan partai-partai besar mestinya memberikan keuntungan signifikan dalam menggerakkan massa dan mendongkrak elektabilitas pasangan Luthfi-Yasin. Namun, hasil survei menunjukkan pasangan ini hanya berada tipis di bawah Andika-Hendi. Beberapa analisis yang mungkin dapat menjelaskan situasi ini antara lain:
Partai koalisi dengan jumlah besar sering menghadapi tantangan dalam konsolidasi, karena perbedaan prioritas dan strategi setiap partai. Mesin partai yang tidak kompak atau kurang efektif bisa menyebabkan gerakan kampanye menjadi tidak maksimal di lapangan.
Berdasarkan survei, pasangan Luthfi-Yasin lebih disukai oleh pemilih usia yang lebih senior, sementara pasangan Andika-Hendi berhasil menarik minat pemilih muda, khususnya dari Gen Z. Jika mesin partai pengusung tidak memperluas jangkauan untuk menarik pemilih milenial dan Gen Z, elektabilitas Luthfi-Yasin bisa tertinggal dibanding kompetitornya.
Meskipun didukung KIM Plus, jika program atau citra pasangan Luthfi-Yasin belum berhasil menyentuh aspirasi masyarakat yang lebih luas, maka dukungan parpol menjadi kurang efektif. Andika-Hendi mungkin lebih unggul dalam memanfaatkan citra atau program-program yang relevan dengan aspirasi kaum muda atau masyarakat urban.
Undecided voters sebesar 43,1% menunjukkan banyak pemilih masih menunggu sampai mendekati hari pemilihan untuk menentukan pilihan. Ini bisa mengindikasikan ketidakpuasan atau ketidakjelasan pandangan mereka terhadap pilihan yang ada, meskipun koalisi besar mendukung salah satu kandidat. Momen terakhir kampanye bisa menjadi titik balik jika KIM Plus dan mesin parpolnya mampu lebih aktif meyakinkan kelompok pemilih ini.
Meski hasil survei sementara ini tidak terlalu menguntungkan Luthfi-Yasin, masa kampanye yang tersisa masih cukup krusial. Jika mesin parpol KIM Plus lebih menguatkan gerakan di akar rumput dan menyasar kelompok undecided voters, peluang Luthfi-Yasin untuk meningkatkan elektabilitas tetap terbuka lebar. (one/redaksi)