Pati, Infojateng.id – Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa Tengah nomor urut 01, Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi, menyimak keluh kesah petani saat menghadiri kampanye di Kabupaten Pati.
Para petani mengeluhkan sejumlah persoalan, mulai dari kesulitan akses air untuk irigasi, ketersediaan pupuk, hingga harga gabah yang merosot saat masa panen.
Kegiatan tersebut berlangsung di halaman parkir kompleks makam Syekh Jangkung, Kecamatan Kayen, Pati, Kamis (14/11/20240) lalu.
Kedatangan Andika dan Hendi yang sama-sama mengenakan caping langsung disambut oleh para petani.
Mereka berebut untuk bersalaman dengan pasangan calon yang diusung oleh PDIP tersebut.
“Saya baru kali pertama berkunjung ke Pati untuk bertemu masyarakat. Kalau ke Pati untuk bertemu kader (PDIP) sudah pernah,” kata Andika.
Dalam kunjungannya kali ini, Andika ingin langsung mendengar dari berbagai kelompok masyarakat, apa kira-kira yang harus menjadi perhatian apabila dirinya diberi amanah untuk menjadi gubernur dan wakil gubernur.
“Petani tadi macam-macam keluhannya, tapi secara umum satu tentang air. Kedua, tentang pupuk. Ketiga yang selalu terjadi biasanya waktu panen harga jual anjlok,” lanjut mantan Panglima TNI tersebut.
Menurut Andika, program-program yang selama ini berjalan untuk menangani persoalan-persoalan tersebut biasanya menyasar individu.
“Tetapi kemudian masalah pupuk tidak selesai-selesai juga. Masalah harga anjlok saat panen tetap terjadi. Maka tetap harus ada sesuatu yang berbeda. Kali ini harus kita coba (mengambil langkah yang lebih komprehensif–Red).
“Kalau tidak, kita tidak akan pernah bisa mengalahkan kelompok-kelompok yang mencoba ‘mengatur’ harga dan ‘mengatur’ pupuk,” ungkap dia.
Sementara, petani asal Kayen, Kahar berharap, jika terpilih Andika-Hendi agar membantu petani mendapatkan pupuk dan pengairan yang bagus dan memadai.
“Para petani Pati itu pengennya pupuk gampang. Kemudian pengairan yang bagus serta harga jual padi yang bagus,” ucap Kahar.
“Karena kadang pemerintah mengimpor beras, jadi rakyat terus menjerit. Apalagi pupuk mahal, biaya produksi untuk menanam padi mahal. Saya harap, pemerintah bisa menstabilkan harga gabah,” sambungnya. (eko/redaksi)