Semarang, Infojateng.id – Kemeriahan tampak dalam kegiatan jalan sehat (fun walk) dan Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, di Halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah, Minggu (17/11/2024).
Kegiatan itu dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun ke-53 Korpri Tahun 2024.
Even yang diadakan Dewan Pengurus Korpri Provinsi Jawa Tengah benar-benar mampu menarik minat dan antusias peserta. Tercatat ada sekitar 10 ribu orang turut serta dalam jalan sehat.
Pantauan di lokasi, para peserta melakukan start jalan sehat sejak pagi hari. Rute yang ditempuh sekitarv3 2 kilometer, dari Halaman Kantor Gubernur Jateng, Jalan Pahlawan, Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, Jalan Sriwijaya, Taman Singosari, Jalan Singosari Raya, PIP, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Kusumawardani, Jalan Pahlawan, dan finish di Kantor Gubernur.
Sekda Jateng Sumarno tampak ikut serta dalam event itu, didampingi para Asisten, Kepala OPD Pemprov Jateng, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra, dan lainnya. Setelah jalan sehat selesai, mereka melakukan senam bersama.
Sejumlah kegiatan meramaikan acara itu, seperti Aksi Peduli Petani Belanja Sayur dengan Qris, serta Aksi ASN Peduli Inflasi yang merupakan kolaborasi Pemprov Jateng dengan Bank Indonesia. Ada pula pemeriksaan kesehatan dan donor darah.
Sekda Jateng Sumarno mengajak anggota Korpri untuk bersyukur mengingat tidak semua orang bisa menjadi anggota Korpri.
Mereka diminta terus bersemangat, menjalankan tugas keseharian dengan baik.
“Dengan peringatan Hari Korpri, kita harus bersyukur, mari menjalankan tugas dengan lebih baik, dan melayani masyarakat lebih baik,” harap Sumarno, di sela-sela acara.
Menurutnya, Korpri diharapkan bisa lebih berkontribusi dalam penyelenggaraan tugas di masing-masing tempat kerja, dan lebih banyak berkontribusi untuk pembangunan di Jawa Tengah.
Sekda menuturkan, pihaknya juga mengadakan sosialisasi mengenai cara mengonsumsi cabai yang dikeringkan, dan bawang merah yang dibuat pasta.
Sebab di Jawa Tengah ini, untuk neraca produksi bawang merah maupun cabai mengalami surplus, tapi harganya sering diombangambingkan.
“Problemnya adalah masalah waktu panen dan kebutuhan. Kalau bicara kebutuhan kan sepanjang tahun, sedangkan panen di bulan-bulan tertentu. Untuk bisa dikonsumsi di bulan yang lain, salah satunya adalah membuat bawang dan cabai lebih awet, yaitu dikeringkan untuk cabai dan bawang dibuat pasta,” jelasnya.
Diterangkan, pekerjaan rumahnya kali ini adalah bagaimana terus menyosialisasikan hal tersebut kepada masyarakat, agar bisa mengonsumsi.
Dari segi rasa, menurut Sekda, sama saja. Hanya, ini faktor kebiasaan. Harapannya, dengan sosialisasi itu, ASN khususnya, bisa mencontohkan lebih dulu.
Karena kalau ini bisa dijalankan, maka pengendalian inflasi bisa lebih dilakukan, juga berpihak kepada petani lantaran harga stabil.
Termasuk saat panen, harga di petani juga tidak hancur. Apalagi dari pihak Bank Indonesia (BI), yang turut membantu dalam hal alat pengolahan cabai biar awet.
“Sebenarnya PR kita bagaimana lebih menyosialisasikan hal itu ke masyarakat,” ujarnya.
Jika itu bergasik, maka masyarakat bisa menikmati cabai dan bawang sepanjang tahun.
Sementara Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra menyampaikan, pihaknya berupaya membantu Pemprov Jateng soal ketersediaan bawang dan cabai dari sisi hulu maupun sisi hilir. Dari sisi hulu, kapasitas petani dan produksi ditingkatkan.
“Kan enggak setiap bulan panen, untuk menjaga pas masa surplus itu bisa berguna, tidak busuk maka dilakukan hilirisasi berupa cabai kering dan pasta bawang merah. Itu untuk supaya tersedia setiap bulan. Ketika musim tanam, mau cabai masih ada tapi bentuknya tidak segar tapi diawetkan,” kata Rahmat mendamping Sekda dalam kegiatan.
Saat ini, terang Rahmat dia, masyarakat bisa membiasakan diri mengonsumsi cabai maupun bawang merah yang telah diawetkan dalam bentuk lain baik bentuk pasta maupun kering.
Pihaknya telah membantu beberapa alat pengolahan produksi yang bila nanti untung maka akan direplikasi di mana-mana.
“Tadi ada sekitar 10 kelompok petani yang dibantu alat produksi atau alat pengolahan seperti berasal dari Kabupaten Semarang, Temanggung, Wonosoboi Magelang dan daerah penghasil pangan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, pihaknya juga menawarkan produk cabai kering dengan dijual murah Rp1.000 per kemasan plastik pouch 90,8 gram.
Salah satu tujuannya adalah untuk menyosialisasikan cabai kering kepada masyarakat. Pembayarannya pun menggunakan alat QRIS.
“Selain mengenal cabai kering yang tebus murah, kampanye QRIS juga dapat,” pungkasnya.
Dwi Ningsih, salah satu warga yang membeli cabai kering mengaku dengan membeli bisa membantu petani. Terlebih cabai kering ini juga awet.
Ia membeli dalam jumlah banyak yang nantinya akan dibagikan ke temannya.
“Kalau merasakan (cabai kering) sudah pernah, tapi kalau membikin sendiri belum pernah,” ujar Ningsih. (eko/redaksi)