(Oleh Prof. Dr. Drs. Achmad Hilal Madjdi, M.Pd.*)
Tulisan ini sengaja dituangkan beberapa saat setelah peringatan hari Guru dengan tujuan untuk sedikit memperpanjang masa menghayu bagyo tumbuhnya kesadaran tentang betapa pentingnya guru dalam kehidupan dan keberlangsungan bangsa. Apalagi puncak peringatan hari Guru Nasional yang diselenggarakan di Veledrom Rawamangun Jakarta tanggal 28 Nopember 2024 telah juga menambah hangat dan gembira para guru dengan berita kenaikan gaji bagi guru honorer dan guru ASN. Kebijakan presiden Prabowo ini disebut banyak pihak sebagai keberpihakan nyata pada kesejahteraan para guru, sang pencerah masa depan bangsa.
Setiap kali membahas tentang Guru kita pasti teringat Kaisar Jepang yang negerinya ditaklukkan dengan kengerian yang maha dahsyat dalam sepanjang sejarah kemanusiaan.
Hirohito di saat kehancuran melanda negerinya meminang harapan masa depan bangsanya tidak dengan menghitung ulang prajurit dan peralatan perang yang tersisa, tapi dengan mendata seberapa banyak guru yang masih hidup. Dari sinilah sang Kaisar mulai bergerak dan seluruh dunia menjadi saksi betapa negara Jepang tumbuh berkembang dengan sangat pesat, bahkan relatif beriringan namun lebih unggul dalam beberapa hal dengan negara- negara penakluknya.
Segera setelah kalah perang, Kaisar Jepang mulai melakukan reformasi pendidikan bersama kurang lebih 45.000 (empat puluh lima ribu) guru yang selamat dari bom atom. Semangat Hirohito adalah mendidik generasi bangsa Jepang tidak hanya supaya bangkit kembali, tapi juga mampu melakukan introspeksi diri dan belajar dari kesalahan masa lalu. Sekitar satu bulan setelah kalah perang, Hirohito merilis Pedoman Kebijakan Pendidikan untuk Pembangunan Jepang Baru.
Secara mendasar pedoman ini mengatur 11 (sebelas) poin penting yang diyakini Pemerintah Jepang mampu membangun karakter siswa agar mampu berpikir kritis dan rasional melalui pendidikan ilmiah dan moralitas. Reformasi ini ini didukung oleh birokrat dan akademisi Jepang yang juga melakukan analisis yang mendalam atas kekalahan Jepaang dalam perang dunia ke dua.
Penulis ingin menyampaikan sejumlah hal dari cerita di atas, yang barangkali sudah berulangkali tersampaikan sebenarnya adalah bahwa, berbagai bangsa telah menorehkan catatan emas atas hasil pendidikan yang menjadi fokus utama pembangunan negaranya.
Langkah Hirohito sering menjadi penghantar suatu paparan tentang pendidikan karena sang Kaisar memacu kebangkitan bangsanya melalui pendidikan dari kondisi yang sangat ekstrim, negara yang porak poranda dengan kemerosotan di segala bidang.
Lantas bagaimana dengan dinamika pendidikan di Indonesia dan peran strategis guru dalam kemeriahan peringatan hari guru di Indonesia yang sempat memantik semangat presiden Prabowo untuk bertekad menomor satukan pendidikan sebagai fokus utama APBN dalam masa kepemimpinan beliau ?