Pati, Infojateng.id –Imlek, atau Tahun Baru Cina, adalah momen yang selalu dinanti oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. Perayaan ini nggak cuma soal pesta meriah dan warna merah di mana-mana, tapi juga penuh dengan tradisi, makna, dan sejarah panjang yang bikin kita makin kagum. Yuk, kita simak cerita lengkapnya!
Imlek sebenarnya lebih dari sekadar tahun baru biasa. Berdasarkan kalender Lunar—yang hitungannya mengikuti siklus bulan dan matahari—Imlek selalu jatuh pada tanggal 1 di bulan pertama. Nah, nggak heran tanggalnya berubah tiap tahun, beda sama kalender Masehi yang kita pakai sehari-hari.
Buat kamu yang penasaran, kata “Imlek” berasal dari dialek Hokkian, loh! “Im” artinya bulan, dan “Lek” artinya kalender bulan. Jadi, simpel banget, Imlek itu berarti “kalender bulan.” Dalam budaya Tionghoa, Imlek juga dikenal sebagai “Sin Cia,” yang awalnya adalah perayaan petani di Tiongkok saat menyambut musim semi.
Tahu nggak? Perayaan Imlek sudah ada sejak lebih dari 3.500 tahun lalu! Menurut catatan, tradisi ini dimulai pada zaman Dinasti Shang (1600-1046 SM), saat orang-orang Tiongkok melakukan upacara pengorbanan untuk menghormati dewa dan leluhur di awal atau akhir tahun.
Seiring waktu, perayaan ini makin berkembang. Pada era Dinasti Wei dan Jin (220-420), tradisi Imlek mulai dipenuhi dengan berbagai kegiatan seru, seperti membersihkan rumah, makan malam bersama keluarga, hingga begadang pada malam tahun baru. Tradisi-tradisi inilah yang kemudian bertahan sampai sekarang.
Di Indonesia, perayaan Imlek mulai dibawa oleh para pedagang Tiongkok yang datang ke Asia Tenggara. Tapi perjalanan tradisi ini nggak selalu mulus. Di era Presiden Soekarno, komunitas Tionghoa bebas merayakan Imlek secara terbuka. Sayangnya, di masa pemerintahan Soeharto, perayaan ini dibatasi hanya di ruang tertutup atau dalam lingkungan keluarga.
Untungnya, setelah Gus Dur menjadi presiden, Imlek kembali diakui dan bisa dirayakan secara terbuka. Bahkan, pada tahun 2003, Presiden Megawati Soekarnoputri menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional. Jadi, sampai sekarang kita semua bisa menikmati kemeriahan perayaan Imlek, termasuk menikmati barongsai, lampion, dan berbagai tradisi seru lainnya!
Imlek juga punya kisah legendaris yang menarik, loh. Dulu, ada monster besar bernama Nian yang suka memangsa manusia dan hewan ternak setiap pergantian tahun. Penduduk desa akhirnya menemukan cara untuk mengusir Nian: mereka memakai pakaian merah dan memasang lentera atau hiasan merah di rumah mereka. Warna merah inilah yang ternyata ditakuti oleh Nian, sehingga monster itu nggak pernah muncul lagi.
Legenda ini kemudian berkembang menjadi tradisi memasang ornamen merah saat Imlek, yang juga melambangkan keberuntungan dan perlindungan.
Buat masyarakat Tionghoa, Imlek bukan cuma perayaan tahun baru. Lebih dari itu, Imlek adalah simbol harapan untuk keselamatan, kemakmuran, dan kebahagiaan di tahun mendatang. Setiap tradisi, dari membersihkan rumah hingga makan bersama keluarga, punya makna mendalam sebagai bentuk syukur atas rezeki yang sudah diterima dan doa untuk kehidupan yang lebih baik di tahun baru.
Jadi, Imlek bukan hanya tentang angpao, barongsai, atau pesta meriah. Di balik semua itu, ada nilai-nilai spiritual, kekeluargaan, dan harapan yang kuat.
Semoga cerita ini bikin kamu lebih paham dan makin menghargai perayaan Imlek. Gong Xi Fa Cai! Semoga tahun baru ini membawa berkah dan keberuntungan untuk kita semua. (one/redaksi)