Demak, Infojateng.id – Kepala Bidang Perekonomian, Infrastruktur, dan Kewilayahan Bapperida Demak, Ahmad Nur Azizul, menyampaikan pentingnya pengelolaan food loss dan food waste guna mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Menurutnya, food loss terjadi ketika makanan hilang selama proses produksi, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi.
Sementara itu, food waste merupakan makanan yang terbuang meskipun masih layak konsumsi.
Hal tersebut disampaikannya pada Rapat Evaluasi Strategi dan Langkah Operasional Upaya Pencegahan Pemborosan Pangan, bertempat di ruang rapat Bapperida setempat, Rabu (5/2/2025).
“Berdasarkan data United Nations Environment Programme (UNEP), jumlah food loss dan waste secara global mencapai 1,3 miliar ton atau setara dengan sepertiga dari total produksi pangan dunia,” kata Azizul.
Di Indonesia, lanjut dia, angka ini diperkirakan mencapai 23-48 juta ton per tahun, dengan dampak ekonomi sebesar Rp 213-551 triliun atau sekitar 4-5% dari PDB nasional.
Azizul menyebut, beberapa penyebab utama food loss antara lain rendahnya mutu hasil panen, permasalahan penyimpanan dan pengemasan, kurangnya permintaan pasar, serta harga yang fluktuatif.
“Sementara itu, food waste banyak disebabkan oleh kebiasaan tidak menghabiskan makanan, porsi makan berlebihan, membeli atau memasak makanan yang tidak disukai, serta faktor gengsi,” tambahnya.
Komposisi sampah pangan di Indonesia didominasi oleh rumah tangga (42,21%), diikuti sektor perniagaan (19,11%), pasar (15,26%), perkantoran (6,72%), fasilitas publik (6,71%), kawasan (6,42%), dan sumber lainnya (3,55%).
Dampak dari tingginya food loss dan waste sangat signifikan, baik dari sisi lingkungan, ekonomi, maupun sosial.
Secara lingkungan, hal ini berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca.
Dari sisi ekonomi, kerugian mencapai ratusan triliun rupiah per tahun. Sedangkan secara sosial, potensi pangan yang terbuang dapat digunakan untuk makan sekitar 61-125 juta orang.
Dalam upaya mengatasi permasalahan ini, strategi pengelolaan food loss dan waste di Indonesia mencakup perubahan perilaku masyarakat, perbaikan sistem pangan, penguatan regulasi, pemanfaatan limbah pangan, serta pengembangan kajian dan pendataan yang lebih akurat.
Ahli Muda Perencana Bapperida Demak Agus Budiyono, menyampaikan bahwa dalam evaluasi matriks strategi pencegahan pemborosan pangan, Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) memiliki tugas untuk melakukan diseminasi informasi melalui berbagai platform media.
Sepanjang tahun 2024, berbagai upaya telah dilakukan termasuk penyelenggaraan talk show, iklan layanan masyarakat (ILM), serta pemberitaan di berbagai media. (eko/redaksi)