Wonosobo, Infojateng.id – Sri Amiyah, salah satu kader posyandu Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, terlihat mencatat data anak dan ibu peserta. Cekatan dan sabar begitu tampak dari sikapnya.
Sri menjadi salah satu petugas pelayanan posyandu pada kegiatan penanganan stunting, yang kebetulan dipantau oleh Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) bersama Pemprov Jateng, Pemkab Wonosobo dan pihak terkait lainnya, baru-baru ini.
Dalam penanganan stunting, Sri bersama sesama kader, seolah tak pernah lelah. Termasuk, memberikan edukasi agar pelayanan bisa efektif.
Dalam hal ini di antaranya memastikan pemberian makanan tambahan (PMT) dikonsumsi anak, dan bukan orang tuanya.
Sebab, diakuinya, jika PMT yang diberikan ke anak, tidak sedikit pula yang dikonsumsi orang tuanya. Padahal, PMT tersebut diperuntukkan si anak.
“Kadang kayak gitu (PMT untuk anak, dikonsumsi orang tua),” ungkap Sri, menceritakan pengalamannya.
Namun, Sri bersama kader tetap memantau hal itu. Bahkan, kader juga menegaskan ke orang tua yang bersangkutan, boleh saja dikonsumsi orang tua, tapi harus diganti. Mengingat PMT itu memang untuk anak.
“Kita pantau, enggak papa dimakan orang tua, tapi harus diganti. Menunya harus untuk anaknya. Jadi ibunya mikir, daripada saya ganti, mending saya kasihkan ke anak,” jelasnya.
Dia bersama kader memang menegaskan kalau pihak posyandu tidak hanya memberi PMT, tapi juga memberikan edukasi. Salah satunya, ihwal PMT tersebut dikonsumsi anak.
“Kegiatan pencegahan stunting kadang penyuluhan, kadang edukasi. Kalau hanya memberi PMT tanpa penyuluhan dan edukasi, nanti ibunya berharap PMT saja. Jadi tetap memberi edukasi dan penyuluhan,” tutur Sri.
Ditambahkan, dalam kegiatan penanganan stunting, dananya bisa berasal dari desa, atau dari puskesmas.
Adapun untuk menu PMT bervariasi, namun mutlak berprotein, seperti halnya susu dan telur.
Warga setempat, Alfiatun (30) mengatakan, di Posyandu anaknya selalu mendapat menu PMT. Seperti, susu, telur, hingga makanan sate atau lainnya. Menu tersebut memang dikonsumsi anak.
“PMT dimakan anak. Kalau gak habis dimakan orang tua,” ungkap Alfiatun ditemui di lokasi usai memeriksakan anaknya.
Warga lain, Ulfa (37) menyampaikan, kegiatan posyandu di desanya berjalan satu bulan sekali, dengan menu PMT yang selalu berganti.
“Diberi PMT tiap satu bulan sekali. Menu ganti-ganti dan bergizi seperti telur. Kegiatan posyandu lebih bagus,” ungkap Ulfa. (eko/redaksi)