Infojateng.id – Gempa megathrust merupakan ancaman serius bagi Indonesia, mengingat letaknya yang berada di Cincin Api Pasifik, wilayah dengan aktivitas seismik paling tinggi di dunia.
Gempa megathrust terjadi di zona subduksi, yaitu batas pertemuan dua lempeng tektonik, yang dapat menghasilkan gempa berkekuatan sangat besar dan tsunami yang merusak.
Potensi Gempa Megathrust di Indonesia
Indonesia memiliki beberapa zona megathrust yang berpotensi menghasilkan gempa besar, antara lain:
Selat Sunda
Zona ini berpotensi menghasilkan gempa dengan magnitudo hingga 8,7. Wilayah sekitar Selat Sunda, termasuk Banten dan Lampung, juga berisiko tinggi terhadap gempa megathrust.
BMKG menyebutkan bahwa gempa besar di wilayah ini tinggal menunggu waktu karena sudah ratusan tahun tidak terjadi gempa besar.
Aceh dan Sumatera Barat:
Kedua wilayah ini terletak di sepanjang zona megathrust yang aktif dan berpotensi tinggi terhadap gempa besar.
Aceh–Andaman:
Zona ini pernah mengalami gempa besar pada tahun 2004 dengan magnitudo 9,1, yang memicu tsunami besar. Meskipun sudah terjadi gempa besar, potensi gempa besar lainnya tetap ada.
Mentawai–Siberut:
Zona ini berpotensi menghasilkan gempa dengan magnitudo hingga 8,9. Sejak gempa besar terakhir pada tahun 2000, belum ada aktivitas seismik signifikan di zona ini, yang menunjukkan adanya akumulasi energi yang dapat memicu gempa besar di masa depan.
Gempa megathrust dapat menyebabkan kerusakan parah dan tsunami besar. Sejarah mencatat beberapa kejadian gempa megathrust yang merusak, antara lain:
Gempa Nias–Simeulue 2005:
Gempa dengan magnitudo 8,6 menyebabkan tsunami setinggi 3 meter dan menewaskan lebih dari 900 orang.
Gempa Mentawai 2010:
Gempa dengan magnitudo 7,8 diikuti tsunami yang menewaskan lebih dari 400 orang.
Mengingat potensi besar dari gempa megathrust, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.
Untuk mengurangi risiko dan dampak dari gempa megathrust, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
Sosialisasi dan Pendidikan Publik:
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko gempa dan cara-cara evakuasi yang benar.
Simulasi dan Latihan Rutin:
Melakukan simulasi dan latihan evakuasi secara rutin untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi bencana.
Di sisi lain juga perlu mempersiapkan infrastruktur yang memadai dan pengembangan sistem peringatan dini. Hal ini agar ancaman bencana dapat diantisipasi segera. (eko/redaksi)