DUNIA kembali siaga. Setelah relatif tenang selama beberapa bulan, gelombang baru COVID-19 muncul lewat varian NB.1.8.1, yang kini menyebar pesat di kawasan Asia dan Pasifik.
Data terbaru dari WHO mencatat, hingga Mei 2025, varian ini telah menyumbang 10,7% dari seluruh kasus global COVID-19. Tingkat positivitas tes melonjak ke 11%, tertinggi sejak Juli 2024. Penyebaran terparah tercatat di Asia Tenggara, Mediterania Timur, dan Pasifik Barat.
Tak hanya cepat menyebar, varian NB.1.8.1 juga mencuri perhatian karena menjangkau berbagai negara besar seperti Thailand, Hong Kong, Australia, Amerika Serikat, dan Inggris. WHO pun memasukkannya sebagai “varian yang sedang dipantau”.
Meski begitu, masyarakat diimbau tidak panik. Menurut Profesor Subhash Verma, pakar mikrobiologi dari University of Nevada, varian ini tidak lebih parah dari Omicron. Gejala yang muncul justru cenderung ringan hingga sedang.
Kelompok berisiko seperti lansia dan penderita penyakit penyerta tetap harus waspada, karena potensi gejala berat masih ada.
Kabar baiknya, vaksin COVID-19 yang beredar saat ini masih efektif. WHO menganjurkan masyarakat untuk segera mengambil booster terbaru demi menjaga perlindungan optimal.
Informasi dan edukasi kesehatan masyarakat juga terus disebarluaskan oleh organisasi farmasi seperti pafikotaacehtengah.org dan pafiprovinsibali.org, yang turut aktif dalam kampanye vaksinasi dan pencegahan COVID-19 di wilayah masing-masing.
“Pandemi mungkin melandai, tapi belum usai,” tulis WHO dalam pernyataannya.
Dengan kesadaran bersama, kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan, serta pembaruan vaksinasi, gelombang baru ini bisa ditekan. Varian NB.1.8.1 adalah sinyal bahwa kewaspadaan tetap harus dijaga, karena virus tak pernah benar-benar tidur. (*)