PATI – Jenis barang untuk lamaran pengantin di wilayah Pati mulai bergeser. Dari semula perabot isi kamar, seperti ranjang, almari dan perhiasan, sekarang berganti menjadi kendaraan. Bisa roda dua, dan bahkan roda empat. Dan kejadian tersebut, sekarang ini menjadi pemandangan umum (trend) setiap ada pesta pernikahan.
Fenomena lamaran pengantin berupa mobil di Pati, diawali seorang penjual bakso asal Winong. Dia mengirim sebuah mobil Fortuner untuk calon istrinya. Disusul kemudian juragan beras asal Batangan yang melamar dokter. Dan kejadian lamaran berupa mobil tersebut, hampir terjadi di setiap pekan.
Menurut Farkurachman salah satu pengamat sosial di Pati, pesta nikah dengan lamaran pengantin berupa mobil, yang didoakan kiai Rohmad (Kajen) saja, jumlahnya ada 25 pasangan pengantin. “Di Kayen ada 2 pasangan bulan Agustus ini, yang lamaranya berupa mobil” ucap Fatkurachman.
Pesta nikah dengan lamaran speda motor dan sebuah mobil, terjadi lagi di desa Sambirejo kecamatan Tlogowungu, Kamis (22/8). Pengantin pria, Heindy asal desa Angkatan Lor kecamatan Tambakromo memberikan lamaran ke gadis pujaanya, Meyfa, sebuah speda motor Honda seri baru, dan sebuah mobil terbaru Honda BRV.
Seorang bagian promosi pemasaran mobil di sebuah dealer di Pati, Tyar SE mengungkapkan telah menjual 10 mobil baru. “Ada yang pesan Fortuner, Calya, Yaris, dan Agya” ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan tokoh pemuda Ngablak, Heru SH. “Dalam sepekan ini saja, ada 4 pengantin yang lamarannya berupa mobil. Tapi lamaran mobil yang paling mahal terjadi di Tlogowungu. Karena berupa sedan Spoor yang harganya diatas Rp 500 juta ” tuturnya.
Sedang tokoh pemuda Jakenan, Agus Supriyanto SE menjelaskan, pesta pernikahan temannya di desa Sarimulya kecamatan Winong, juga memakai lamaran mobil HRV seri terbaru. “Itu harganya, sekitar Rp 350 juta” ucapnya.
Wakil bupati Pati, Saiful Arifin ketika ditanya mengenai fenomena lamaran pengantin berupa kendaraan, hanya menjawab jika masalah tersebut adalah hak pribadi pengantin. “Itu masalah privacy seseorang” ujarnya singkat.
Pengamat sosial, drs H Pramudya Budi L berharap jika fenomena lamaran berupa kendaraan, bukan sebagai ajang pamer. Namun merupakan tanda kesiapan ekonomi calon pengantin pria, dan bagian dari mahar. Karena, katanya, jika bagian mahar maka penggunaan kendaraan, sepenuhnya ada ditangan pengantin putri.
“Jangan sampai terjadi, semula dari lamaran, namun ujung-ujungnya mengangsur kredit kendaraan secara bersama” kata Pramudya Budi L. (Redaksi)