SALATIGA – Webinar Program Gerakan Nasional Literasi Digital di Kota Salatiga – Jawa Tengah mengangkat tema “Literasi Digital Yang Berkebudayaan”. Tidak kurang dari 499 peserta aktif mengikuti webinar yang diselenggarakan Kementerian Kominfo, Selasa (8/6/2021) itu.
Dipandu moderator seorang entertainer, Juliet Georgiana, webinar di Kota Salatiga ini diisi lima narasumber: Bondan Wicaksono (Dosen STIE Unisadhguna Business School), Bevaola Kusumasari (Dosen Fisipol UGM), Ilham Fariz (Kaizen Room), Alviko Ibnugroho (Director and Founder PT Andal Visi Komunika Undip) dan Sheila Siregar (presenter TV nasional) selaku key opinion leader.
Bondan Wicaksono selaku Dosen STIE Unisadhguna Business School mengatakan, era digital ini masyarakat seolah dibawa ke sebuah era yakni post truth. Hal ini ditandai dengan stigma di mana kebenaran, fakta, dan bukti tidak terlalu penting lagi sepanjang narasi, cerita dan pemikiran diterima berdasarkan kesamaan pandangan, pikiran, dan keyakinan.
“Dampaknya tumbuhlah cara-cara manipulatif dan menyihir orang untuk mempercayai berdasarkan prinsip-prinsip yang seringkali di luar penalaran akal sehat,” kata Bondan.
Di era post truth inilah era digital berjaya, di mana masyarakat sebagai konsumen, produsen sekaligus distributor informasi melalui maraknya media sosial.
“Oleh sebab itu penting penguatan literasi digital di masa ini. Literasi digital sendiri dipengaruhi enam indeks penting,” kata dia.
“Enam indeks yang mempengaruhi literasi digital ini antara lain usia, jenis kelamin, pendidikan, kemampuan mengenali hoaks, pemakaian internet, dan domisili,” kata dia.
Bondan menjelaskan ada yang perlu dicermati dalam transformasi sosial budaya menuju masyarakat digital ini.
Bahwa perubahan sosial budaya merupakan perubahan pola perilaku dan unsur-unsur sosial budaya yang mempengaruhi perubahan pola sistem dan struktur sosial yang disebabkan oleh berbagai kondisi dan perkembangan teknologi informasi.
“Ini berdampak pada pergeseran pola hidup masyarakat, perubahan pola pikir, sehingga penampilan kehidupan digital hanya sebatas foto dan video digital yang mengakibatkan kurangnya toleransi karena sering miss persepsi dalam membaca dunia digital,” kata dia.
Lantas, mengapa literasi digital kian penting dalam masa ini? Bondan membeberkan sejumlah alasannya. Antara lain, kuatnya arus budaya global menggerus budaya lokal/nasional, sebagai identitas bangsa, sebagai penghubung generasi terdahulu, kini dan nanti serta memahami hak dan kewajiban warga negara untuk mendukung perubahan dan pembangunan Indonesia lebih baik.
Bevaola Kusumasari selaku dosen Fisipol UGM mengatakan perubahan media komunikasi yang digunakan oleh masyarakat Indonesia tidak terlepas dari perubahan teknologi komunikasi itu sendiri.
“Ketika media komunikasi berubah menjadi digital, maka praktik budaya juga mengalami perubahan,” katanya.
Oleh sebab itu, menurutnya, penting terus menjelajahi bagaimana budaya digital mengubah cara kita memahami masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Untuk diketahui, Kementerian Kominfo RI akan menyelenggarakan berbagai kegiatan Webinar Literasi Digital; Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.
Kegiatan ini bertujuan mendukung percepatan transformasi digital agar masyarakat semakin cakap digital dalam memanfaatkan internet untuk menunjang kemajuan bangsa. (IJA)