PURBALINGGA – Kementerian Kominfo kembali mengunjungi masyarakat Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, melalui webinar literasi digital yang bertema ”Kemajuan Digital yang Memberdayakan Kelompok Rentan”, 11 Juni lalu.
Acara virtual yang dipandu oleh moderator Brigita Ferlina ini, menghadirkan narasumber: Irfan Afifi (Pendiri langgar.co), Septa Dinata (Peneliti Paramadina), Edy SR (Brandpreneur), Iqbal Aji Daryono (Kolomnis), dan Rafli Albera selaku key opinion leader.
Dalam paparannya, pendiri langgar.co Irfan Afifi membedakan masyarakat rentan menjadi setidaknya 5 kelompok: kaum difabel, perempuan, anak-anak, lansia, dan fakir miskin.
Irfan berpendapat, kelompok rentan memiliki hak yang sama seperti warga umumnya dalam mendapatkan akses ruang digital. Namun, adanya kesenjangan akses data, infrastruktur digital, keamanan dan perlindungan, mengakibatkan mereka rentan secara digital.
”Ruang digital seharusnya menjadi ruang pertemuan rasa, ide dan gagasan untuk saling berempati dan memberdayakan,” ujar Irfan.
Untuk membantu kelompok rentan, Irafan menagajak pengguna ruang digital melakukan gotong royong. Menurutnya, ruang digital merupakan tempat yang sangat efektif untuk menggalakkan gotong royong bagi warga negara.
”Cepatnya arus informasi dan keterhubungan yang masif antar warga negara sangat mungkin untuk bisa membantu satu sama lain. Terutama bagi kelompok rentan,” kata Irfan.
Berikutnya, lanjut Irfan, ialah sikap tenggang rasa. Budaya Indonesia mengajarkan kita untuk saling merasakan rasanya orang lain, sehingga ketika nilai ini ditanamkan ke “Diri” kita masing-masing, terutama ketika
bermedia sosial upaya pemberdayaan bisa lebih masif dikerjakan.
Kemudian yang tak kalah penting menurut Irfan, ialah sikap berdikari dan berdaulat. Sikap tersebut merupakan konsep pemberdayaan yang tertanam di jantung kebudayaan masyarakat Indonesia dan senantiasa harus digalakkan di dunia maya.
Narasumber brandpreneur Edy SR berpendapat, Indonesia termasuk dalam sepuluh besar yang warganya optimis pada teknologi digital. Potensi ini harus dioptimalkan untuk pemberdayaan kelompok rentan.
Menurut Edy, saat ini tak ada lagi istilah main di internet, melainkan ”ngantor” di internet. ”Durasi mengakses internet sudah setara dengan jam kerja. Karena itu, perilaku berinternetnya mesti produktif, dioptimalkan untuk memanfaatkan peluang digital,” tegas Edy. (*)