PURBALINGGA– Pergeseran dan perkembangan secara digital dalam menyerukan kampanye tertentu atau untuk membantu warga terdampak bencana.
Tema solidaritas sosial melalui perangkat digital ini hangat diperbincangkan dalam webinar literasi digital yang dilaksanakan di Purbalingga, Jawa Tengah, hari ini, Selasa (29/6/2021) dan dipandu oleh presenter tv Nadia Nadjib.
Acara yang digelar secara virtual ini juga menghadirkan sejumlah narasumber: Mohammad Naufal dari Kaizen Room, seorang praktisi komunikasi Alfan Gunawan, Sekjen Karang Taruna Kabupaten Purbalingga Aris Yudirianto, content creator Bangkit Wismo Widargo, serta key opinion leader Sherrin Tharia yang juga seorang entertainer.
Masing-masing narasumber menyampaikan materi dari sudut pandang empat pilar utama Literasi Digital yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
Bangkit Wismo Widargo pada kesempatan tersebut mengatakan, teknologi digital dan kondisi pandemi tidak meredupkan kebersamaan dan solidaritas antar sesama. Teknologi digital mengubah metodenya saja. Jika selama ini solidaritas sosial identik dengan kumpulan massa atau cara konvensional lainnya, sekarang sudah bergeser ke dunia digital.
“Contoh, meningkatnya aktivitas donasi digital. Ini menjadi sebagian kecil bukti bahwa eksistensi solidaritas sosial masih ada. Bahkan kegiatan itu terpantau meningkat di masa pandemi,” ujar Bangkit.
Berdasarkan analisanya, Bangkit menyebutkan ada empat hal yang memicu solidaritas itu masih ada. Yaitu kita yang semakin akrab dengan dunia digital, dukungan budaya cashless, serta kredibilitas platform yang semakin bagus, platform pembayaran yang variatif.
“Semuanya sudah mendukung untuk berintegrasi dan bermigrasi secara digital. Kita tidak lagi terjebak dengan cara konvensional dan kita sudah semakin aware dengan budaya saat ini”.
Awareness dalam mendukung gerakan solidaritas ini bisa terwujud dengan adanya kepercayaan. Dan untuk membangun kepercayaan itu bisa dilakukan dengan menunjukkan ide dan bukti, jadi tidak sekedar posting tapi berikan info detail. Kemudian menggunakan media sosial yang tepat serta melakukan update untuk membangun engagement yang baik. Membangun networking dan kolaborasi juga penting untuk membantu meluaskan jangkauan, serta minta testimonial dari banyak pihak.
“Saat ini ruang berbagi di dunia maya itu ada dan banyak. Untuk menarik jangkauan yang lebih luas bisa menggalang dana melalui influencer, tokoh, dan lembaga filantropi. Bisa juga memanfaatkan platform Kita Bisa, Benih Baik, Ayo Peduli dan lainnya. Atau yang biasanya digunakan oleh content creator adalah Saweriya, Karya Karya, Kolase dan Sociabuzz,” papar Bangkit.
Bangkit berpendapat, solidaritas sosial masih tinggi hanya saja berbeda jalur atau platform. (*)