TEGAL – Program nasional literasi digital menjadi tujuan Presiden Joko Widodo untuk menciptakan sumber daya manusia yang cakap digital. Program yang diluncurkan pada Mei 2021 ini sekaligus untuk mendukung percepatan transformasi digital di Indonesia.
Program yang mengajak seluruh komponen masyarakat ini dibingkai dalam diskusi virtual. Salah satunya yang diselenggarakan untuk masyarakat Kota Tegal, Jawa Tengah, pada Rabu (8/8/2021) yang dipandu oleh entertainer Bobby Aulia.
Sejumlah pemateri juga dihadirkan untuk memantik diskusi, yakni: Saeroni (social welfare), Muhammad Achadi (CEO Jaring Pasar Nusantara), Krisno Wibowo (Pimred Suarakampus.com), Syamsul Falah (dosen IBN Tegal), serta key opinion leader Sherrin Tharia (musisi). Para pemateri masing-masing menyampaikan poin literasi digital yang terdiri dari digital safety, digital skill, digital culture, dan digital ethic dengan tema diskusi “Literasi Digital untuk Mendukung Pembangunan yang Berkelanjutan”.
Saeroni menyampaikan, untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan maka sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan transformasi digital perlu disiapkan. Sebab, era digital mengubah cara dalam menjalani kehidupan. Terlepas dari sisi negatif dan positif digitalisasi, semua hal di era revolusi industri 4.0 sudah beralih menjadi serba online.
“Di era digital tren pekerjaan yang berlaku adalah hybrid role di mana SDM dapat melakukan pekerjaan ganda yang bisa mengerjakan banyak keterampilan dan peran. SDM harus memiliki keterampilan teknis dan nonteknis. Tentu saja yang paling esensial adalah kecakapan digital. Hybrid roles mengubah dunia kerja profesional dan mengandalkan tenaga kerja yang unggul dalam kemampuan teknologi dan sosial,” jelas Saeroni.
Memiliki hybrid skill berpotensi menawarkan lebih banyak keamanan kerja, fleksibel menerima perubahan dan tantangan baru. Mengutip Burning Glass, Saeroni mengatakan, sekarang ini satu dari delapan lowongan pekerjaan merupakan pekerjaan hybrid roles.
“Dan teknologi berperan dalam hybrid role. Beberapa keterampilan yang diperlukan dari hybrid roles adalah big data and analytics, intersection of design and development, sales and customer service, dan emerging digital technologies,” imbuhnya.
Sedangkan posisi pekerjaan yang paling banyak dicari di era digital ini adalah web developer, cyber security, content creator, social media specialist, dan SEO specialist.
“Apa saja yang perlu disiapkan? Critical thinking untuk mampu menyaring dan mengevaluasi informasi, communication skill untuk membantu membangun interaksi dan jaringan, kreatif dengan ide-ide dan inovasi segar, serta kolaborasi yang memudahkan untuk menjalin kerja sama,” pungkasnya.
Sementara itu, Syamsul Falah berpendapat dalam materinya bahwa pembangunan yang berkelanjutan juga membutuhkan pendidikan yang berkualitas dengan kesadaran aman dalam bermedia digital. Sebab teknologi digital bagi sebagian masyarakat Indonesia dinilai sebagai teknologi baru.
“Yang perlu ditingkatkan dalam memahami penggunaan teknologi, informasi, dan komunikasi adalah bagaimana memberikan pengamanan digital dan pengamanan identitas digital. Kemudian meningkatkan kewaspadaan penipuan online, memahami rekam jejak digital, dan memahami keamanan digital bagi anak,” jelasnya.
Sementara secara individual, pengguna teknologi harus memiliki tiga kecakapan keamanan digital. Yaitu kemampuan kognitif untuk memahami berbagai konsep dan mekanisme proteksi perangkat digital dan identitas digital.
Lalu, kecakapan behavioral atau perilaku dalam bermedia digital, yakni bagaimana sikap kita untuk memberikan proteksi agar perangkat dan identitas digital yang dimiliki aman. Selain melindungi diri sendiri, pengguna teknologi juga bertanggungjawab melindungi hak digital orang lain. (*)