Jepara, Infojateng.id – Sebanyak 70 pegiat media sosial (medsos) di Kabupaten Jepara mendapat pengetahuan akan bahaya hoaks atau berita bohong. Hoaks menjadi salah satu ancaman dalam Pemilu 2024.
Penyebaran informasi tak bertanggung jawab dapat mengganggu legitimasi pilpres, pileg, dan pilkada mendatang. Salah satu tugas peserta yang hadir, adalah harus bijak apabila mendapat informasi dari medsos.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua DPRD Jepara K.H. Nuruddin Amin, sambil menunggu waktu berbuka puasa di salah satu tempat kuliner di Kelurahan Bapangan, Kamis (6/4/2023).
Ia mengajak semua pihak agar bijak bermain medsos demi mencegah dampak negatif. Dia pun meminta komitmen para pegiat medsos untuk sama-sama menyukseskan Pemilu 2024 bebas dari hoaks.
“Kami harapkan komitmen anda untuk bersama-sama menangkal hoaks demi suasana yang lebih sehat untuk Pemilu 2024 mendatang,” kata Gus Nung, sapaannya.
Berkaca dari pemilu maupun pilkada tahun lalu, lanjut dia, sebaran kabar bohong dan disinformasi di ruang digital membuat suasana kala itu menjadi mencekam. Para pegiat medsos diharap turut menjaga ruang demokrasi tetap sehat dan kondusif.
Dalam kesempatan yang sama, staf khusus Menteri Ketenagakerjaan Hindun Anisah, menyampaikan jika praktik menyebarluaskan konten hoaks tanpa disadari sering terjadi. Oleh karenanya, perlunya pengguna medsos berpikir secara lateral dalam menerima suatu informasi.
Sebagai pengasuh Ponpes Hasyim Asy’ari Bangsri, Hindun juga membagikan cara membedakan kabar baik dan kabar palsu. Caranya dengan mengakses berbagai referensi untuk memvalidasinya.
“Informasinya meragukan, tidak ada sumber lengkap, kalimatnya tidak masuk akal. Kalau format video itu biasanya berupa potongan dan telah diedit,” ujar Hindun.
Senada, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Jepara Arif Darmawan menjelaskan, bahwa pentingnya literasi digital untuk dimiliki para pengguna media sosial agar tak mudah terprovokasi. Termasuk selalu mempertimbangkan kearifan lokal dalam bermedsos, supaya bangsa ini tetap bersatu bukan malah terpolarisasi.
“Kami harapkan kita semua saat ini mempunyai satu pemahaman akan literasi medsos yang baik, sehingga tidak mudah terjerumus menjadi bagian yang turut membagikan hoaks,” tutur Arif.
Oleh karenanya, Arif berpesan kepada para pengguna media sosial supaya bisa lebih mengontrol diri, dan senantiasa mengedepankan etika di ruang digital. Termasuk mempunyai sikap kritis untuk menyeleksi sebuah informasi.
Karakter berita hoaks, lanjutnya, lebih mendahulukan unsur bombastis. Bukan berdasarkan fakta-fakta rasional, tapi lebih mengarah pada emosi serta opini atau keyakinan personal.
“Harapannya hati-hati, kroscek dulu agar tak terjebak menjadi agen yang menyebarkan hoaks,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, dirinya pun mengedukasi cara menggunakan media sosial yang aman. Sehingga tidak ada tuntutan hukum di belakang hari. Pasalnya, terdapat regulasi yang mengatur penyampaian pesan melalui ruang digital.
Salah satu pengiat medsos, Husni Maulana, juga mengajak agar tidak langsung meneruskan pesan dari platform digital yang belum tentu kebenarannya. Apalagi menjelang pemilu, tidak hanya hoaks tentang politik saja yang bermunculan.
“Ada isu SARA, pornografi, maupun aksi kekerasan. Jika menemui hal semacam itu tak perlu ikut bagikan, cukup sampai di diri kita,” bebernya.
Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, peran serta aktif masyarakat untuk kesuksesan Pemilu 2024 sangat diharapkan.
“Saya meyakini, Penggiat media sosial di Jepara mampu menjaga ruang demokrasi tetap sehat dan kondusif,” pungkasnya. (eko/redaksi)