PATI-Setiap peringatan Maulid Nabi, warga Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo pastinya akan menggelar tradisi Meron. Tradisi itupun telah menjadi ikon wisata budaya di Kabupaten Pati. Banyak wisatawan dari luar daerah yang sengaja datang ke Desa Sukolilo agar dapat menyaksikannya.
Namun lantaran pandemi, pelaksanaan Meron tahun ini terpaksa dilaksanakan penuh keterbatasan. Segala kegiatan yang mengundang kerumunan terpaksa ditiadakan. Padahal banyak hal yang dirindukan dari Meron. Setidaknya ada lima hal yang Infojateng.Id catat terkait hal paling ngangeni dari tradisi Meron.
- Arak-arakan
Dalam tradisi Meron, arak-arakan menjadi salah satu puncak acara. Selain gunungan yang menjadi pusat perhatian, dalam kirab juga turut disertai pawai budaya. Selain marching band juga kerap diramaikan dengan warga yang mengenakan berbagai kostum unik. Selain itu sejumlah kesenian tradisional seperti Barongan juga seringkali turut dimainkan saat arak-arakan. Hal inilah yang turut menjadi ketertarikan warga bahkan dirasakan begitu dikangeni di saat terpaksa tak bisa digelar seperti tahun ini. - Rebutan Gunungan
Arak-arakan tersebut tentu tak bakal ramai jika tak ada rebutan gunungan. Bedanya dengan gunungan lain, di Meron gunungan terbuat dari rencek atau oncek. Rencek itu sejenis karak atau nasi yang dikeringkan dan dibuat memanjang. Kekhasan dari gunungan saat Meron dipuncaknya juga ada symbol ayam jantan.
Biasanya gunungan itu akan dijajarkan di sepanjang jalan Pati – Sukolilo hingga menarik ratusan warga baik dari desa setempat maupun luar daerah. Gunungan itu kemudian jadi rebutan. Banyak yang percaya gunungan itu akan membawa berkah tersendiri. Lantaran antusiasme warga seringkali gunungan itu justru telah habis direbut sebelum sampai di garis akhir. - Ulan-ulan
Malam sebelum acara puncak Meron biasanya juga digelar tradisi Ulan-ulan. Sebenarnya ulan-ulan serupa dengan Leang – Leong atau barongsai yang berbentuk naga. Warga desa khususnya para pemuda biasanya akan terlibat dalam tradisi ini. Pertunjukkan yang cukup jarang digelar ini tentu juga menjadi yang paling ditunggu saat Meron. - Wisata Belanja
Kurang rasanya jika saat Meron kita tidak berbelanja. Sepekan sebelum pelaksanaan tradisi Meron, biasanya sudah banyak pedagang yang berjualan di sepanjang kanan-kiri jalan Sukolilo – Purwodadi. Mulai pedagang makanan, pernak-pernik, hingga perabotan rumah tangga juga ada. Pada tradisi meron tahun ini sebenarnya juga ada pedagang namun tak hanya banyak. Hal itu pulalah yang membuat merindukan tradisi Meron bisa digelar seperti tahun-tahun sebelumnya. - Doa Bersama
Doa bersama tentu menjadi hal yang tak bisa dilepaskan dari tradisi Meron. Tahun ini, doa bersama pun tetap digelar di Masjid Besar Sukolilo. Meskipun untuk pesertanya yang memang dibatasi.
“Secara khusus kami berdoa agar pandemi Covid-19 ini bisa segera berakhir. Kami juga berdoa agar masyarakat bisa diberi keselamatan, kesehatan serta kemakmuran,”terang Plh Kepala Desa Sukolilo Harminto.
Tetap digelarnya Meron lantaran tradisi itu telah diadakan secara turun temurun bahkan menjadi ikon Desa Sukolilo. Mereka berharap bisa tetap melestarikan kebudayaan dengan menjaga protokol kesehatan secara ketat.(IJB)