12 Mahasiswa Luar Jawa Belajar Gusjigang di UMK
KUDUS – Wulan Jeniardita, mahasiswi dari STKIP PGRI Banjarmasin mengaku senang bisa ikut program modul nusantara. Pasalnya, gadis asal Suku Dayak itu bisa belajar banyak hal, terutama tentang budaya. ”Seperti saat kunjungan ke Museum Gusjigang Kudus hari ini, banyak hal yang saya pelajari, ternyata banyak hal yang menarik,” terang Wulan.
Selain Wulan ada 11 mahasiswa lainya dari sejumlah perguruan tinggi di luar Jawa yang datang ke Universitas Muria Kudus (UMK). Mereka merupakan peserta pertukaran mahasiswa dalam program Modul Nusantara yang diprakarsai oleh Kemendikbudristek.
Dosen Pembimbing Modul Nusantara Syafiul Muzid, M.Cs mengungkapkan, tujuan program Modul Nusantara untuk memberikan pemahaman tentang kebhinekaan, wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Ia menambahkan, kegiatan dalam Modul Nusantara ada empat, yakni kelas kebinekaan, inspirasi, refleksi, dan kontribusi sosial. “Untuk kegiatan Modul Nusantara ini dilakukan secara hybrid, daring dan luring,” ungkap Syaiful Muzid.
Mahasiswa yang ikut total ada 12 dari 9 perguruan tinggi yakni dari Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT, Universitas Mulawarman, Samarinda, Universitas Udayana, Bali, Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan dan Universitas Muhamamdiyah Palngkaraya. Selain itu ada juga dari Universitas Katolik Widya Mandiri, Kupang, NTT, STKIP PGRI Banjarmasin, Universitas Cokroaminoto Palopo, Sulawesi Selatan dan Universitas Pendidikan Ganesha, Bali. ”Dalam program ini, ada sistem alih kredit sebanyak 20 sks,” terangnya.
Dalam program ini, pihaknya mengenalkan beberapa tempat yang menunjukkan kebinekaan dan toleransi, seperti Masjid dan Menara Kudus dan klenteng yang berdekatan. Namun sampai saat ini masih berdiri karena toleransi yang ada. Selain itu juga diberikan pemahaman tentang ajaran Gusjigang dari Sunan Kudus. Baik pembahasan dilakukan melalui sosok inspirasi, tempat, budaya hingga kuliner khas Kudus. Untuk kuliner seperti sate kerbau dan soto kerbau, dimana tidak menggunakan daging sapi karena menghormati pemeluk agama Hindu yang ada di Kudus saat itu. ”Kita kupas gus (bagus budi pekerti), ji atau mengaji atau belajar dan gang atau dagang kita kupas semua,” imbuhnya.
Beberapa orang yang menginspirasi untuk Gusjigang juga diminta untuk mengisi kelas inspirasi, salah satunya pemilik PT Mubarokfood Cipta Delicia, Muhammad Hilmy. Perusahaan yang membuat jenang yang sudah dikenal sebagai makanan khas Kudus dan usahanya jenangnya sudah berjalan tiga generasi.
”Kami juga mengajak ke Museum Gus Jigang dan juga Museum Kretek, banyak hal yang ditanyakan mahasiswa, karena memang 12 mahasiswa itu memiliki latar belakang budaya berbeda,” jelasnya. (redaksi)