Batang, Infojateng.id – SMA Negeri 1 Bandar, Kabupaten Batang menggelar kegiatan In House Training (IHT) Anti-Bullying selama dua hari, mulai 14 sampai 15 Oktober 2025.
Dengan mengusung tema “Suara kita, kekuatan kita: Membangun Budaya Sekolah Anti Bullying” itu, sebagai upaya menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama, Immatulfathina, praktisi psikolog yang telah berpengalaman dalam menangani isu-isu remaja, termasuk perundungan dan kesehatan mental di lingkungan pendidikan.
Ia menjelaskan secara mendalam mengenai bullying dan bentuk bullying yang marak terjadi di lingkungan pendidikan.
Diungkapkan dia, perundungan tidak selalu berupa kekerasan fisik, melainkan juga dapat berbentuk perilaku verbal, sosial, maupun digital (cyberbullying).
“Dengan menjadi penonton dalam kasus bullying juga merupakan bentuk keterlibatan pasif yang memperkuat pelaku,” kata Immatulfathina, saat ditemui di Aula SMAN 1 Bandar, Kabupaten Batang, Rabu (15/10/2025).
Memasuki hari kedua, IHT Anti-Bullying difokuskan bagi para guru dan tenaga kependidikan.
Beberapa materi yang disampaikan tentang strategi deteksi dini, penanganan kasus bullying, serta pentingnya membangun komunikasi empatik antara guru dan siswa.
Dalam sesi ini, pendidik diajak untuk menyadari, mereka memiliki posisi strategis sebagai pelindung siswa dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.
“Sekolah yang hebat bukan hanya tempat mencetak prestasi, tetapi juga tempat di mana anak merasa aman dan diterima apa adanya,” tegasnya.
Ketua pelaksana kegiatan, Yuni Susanti menyampaikan tujuan dari sosialisasi ini adalah terciptanya suasana belajar yang aman dan nyaman bagi seluruh siswa di SMAN 1 Bandar.
Sehingga siswa dapat merasakan aman dan tenang dalam belajar baik secara fisik maupun psikologis.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Bandar Aris Sugiharto mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini.
“IHT ini menjadi langkah nyata kami untuk mewujudkan sekolah yang benar-benar aman dan ramah anak. Kami ingin setiap siswa merasa dihargai dan didampingi, bukan dihakimi,” ungkap Aris.
Ia berharap, semangat anti-perundungan dapat terus tumbuh di hati seluruh warga sekolah, sehingga tercipta budaya positif yang saling menghormati, menghargai, dan peduli terhadap sesama. (eko/redaksi)