Batang, infojateng.id – Penayangan perdana film horor Alas Roban digelar di Bioskop Platinum Cinaplex Batang dan dihadiri langsung para pemerannya, yakni Michelle Ziudith, Fara Shakila, dan Taskya Namya.
Kehadiran para aktor tersebut menarik perhatian warga Batang yang antusias menyaksikan film yang mengangkat kisah legendaris jalur Pantura Alas Roban.
Jalur Pantura di Kabupaten Batang selama ini dikenal bukan sekadar lintasan transportasi, melainkan ruang yang sarat cerita mistis.
Bagi para pengguna jalan yang kerap melintasi tanjakan curam dan tikungan tajam di kawasan tersebut, Alas Roban adalah simbol perpaduan antara adrenalin dan misteri yang telah mengakar sejak dekade 1990-an.
Produser Alas Roban, Oswin Bonifanz mengatakan, nuansa mencekam era tersebut kini dihidupkan kembali melalui film Alas Roban garapan sutradara Hadrah Daeng Ratu.
Film produksi Unlimited Production yang berkolaborasi dengan Narasi Semesta dan Legacy Pictures ini dijadwalkan tayang serentak di bioskop mulai 15 Januari 2026.
“Bagi masyarakat Batang, film ini terasa istimewa karena menampilkan identitas daerah yang lekat dengan cerita rakyat dan nuansa mistis yang selama ini hidup di tengah Masyarakat,” kata Oswin saat ditemui usai Nobar Film Alas Roban di Bioskop Platinum Cinaplex Batang, Rabu (24/12/2025).
Ia juga mengungkapkan, bahwa proses riset film ini telah dimulai sejak November 2023.
Tim produksi tidak hanya mengandalkan imajinasi, melainkan melakukan penelusuran langsung ke lokasi dan menggali cerita dari para narasumber setempat.
“Kita mulai penulisan November 2023. Persiapan, survei, gonta-ganti cerita, dan menggali kisah Alas Roban. Syuting sekitar bulan Juni. Kendala teknis pasti ada, tetapi karena kerja sama tim dan bantuan warga setempat, termasuk melakukan ritual permisi, alhamdulillah semuanya lancar,” jelasnya.
Ia mengakui, adanya cerita dari kru dan pemeran terkait pengalaman tak biasa selama proses syuting.
Namun, menurutnya hal tersebut lebih sebagai bentuk penghormatan terhadap lokasi yang memiliki nilai historis dan kultural.
“Mungkin bukan gangguan, lebih ke kita syuting di tempat orang. Ada leluhur yang perlu dihargai. Karena sudah izin dan niatnya baik, semua dilancarkan,” ungkapnya.
Film Alas Roban secara khusus mengambil latar waktu tahun 1990-an guna menghadirkan kesan angker yang autentik.
Suasana tersebut diperkuat dengan penggunaan elemen musik era tersebut, termasuk lagu-lagu dari almarhumah Nike Ardilla.
Oswin Bonifanz juga menyebutkan, seiring waktu, Jalur Ponco Wati yang dahulu dikenal rawan kecelakaan kini telah dilengkapi jalur lingkar beton yang lebih aman.
Kendaraan pribadi diarahkan melalui jalur lingkar utara, sementara kendaraan berat memanfaatkan jalur selatan untuk menghindari tanjakan curam yang dulu kerap memakan korban.
“Meski kondisi fisik jalur Alas Roban telah banyak berubah, film ini mengajak penonton kembali ke masa ketika kabut hutan belantara dan sunyinya malam di Batang menyimpan cerita-cerita yang tak pernah sepenuhnya hilang,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Batang M. Faiz Kurniawan turut mengapresiasi kehadiran film Alas Roban yang dinilai mampu mengangkat nilai dan cerita lokal ke dalam industri perfilman nasional.
“Ini salah satu karya film luar biasa yang mampu mengangkat cerita yang selama ini tumbuh di masyarakat menjadi kemasan industri film yang bisa dinikmati masyarakat Indonesia, bahkan berpotensi dikenal secara global,” kata bupati.
Bupati Faiz berharap, industri film Indonesia terus berkembang dan mampu mengangkat nilai-nilai lokal menjadi karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberi manfaat bagi masyarakat.
“Sekali lagi selamat, dan doa saya semoga film ini tembus sepuluh juta penonton,” pungkasnya. (eko/redaksi)