Boyolali, infojateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali melalui Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) terus memacu pengembangan sektor pariwisata berbasis desa.
Langkah strategis ini diwujudkan melalui penguatan Desa Wisata Terintegrasi Cepogo yang terletak di lereng Gunung Merapi dan Merbabu.
Kawasan ini dinilai memiliki potensi besar dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Desa Wisata Cepogo menawarkan konsep terintegrasi yang memadukan keindahan alam dengan ekonomi kreatif masyarakat.
Sejumlah destinasi unggulan menjadi daya tarik utama bagi wisatawan domestik maupun luar daerah, mulai dari wisata edukasi pengelolaan sampah, pusat kerajinan logam, hingga berbagai produk UMKM berbasis masyarakat.
Kepala Desa Cepogo, Mawardi, menyampaikan bahwa pengembangan desa wisata ini dilakukan secara kolaboratif.
Selain melibatkan pelaku UMKM dan dukungan Pemerintah Daerah, proyek ini juga menggandeng Perguruan Tinggi seperti Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta.
“Dari Soft Launching yang dilaksanakan itu memang arahnya adalah wisata edukasi. Edukasi pertama kaitannya dengan kerajinan logam, edukasi kedua kaitannya dengan pengelolaan sampah,” ujar Mawardi usai acara Soft Launching Desa Wisata Terintegrasi Cepogo, Kamis (18/12/2025).
Ia menjelaskan, peluncuran ini merupakan tahap awal di tingkat desa dan kedepannya direncanakan akan dikembangkan hingga skala kecamatan.
Salah satu fasilitas yang disiapkan adalah rute jeep wisata yang menuju bengkel kerajinan logam, kemudian ke lokasi pengelolaan sampah dan yang terakhir ke pasar sayur Cepogo untuk membeli oleh-oleh.
“Harapannya, dengan launching ini secara otomatis akan meningkatkan perekonomian masyarakat, UMKM meningkat kemudian kesejahteraan masyarakat juga meningkat,” ungkapnya.
Dukungan akademisi melalui Program Pengabdian Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa) juga turut memperkuat sektor produksi lokal.
Zainal Arifin, akademisi UNS yang merupakan Pendamping Program Pengabdian Kosabangsa mengungkapkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Unisri dalam mengembangkan mesin teknologi tepat guna berupa Fiber Laser Casting.
Teknologi ini dirancang untuk membantu pengrajin logam meningkatkan kapasitas produksi tanpa menghilangkan nilai seni lokalnya.
Selain Fiber Laser Casting, Zainal beserta tim juga membuat mesin grafir yang digunakan untuk membuat kerajinan.
Harapannya nanti menjadi wisata edukasi bagi pengunjung yang datang untuk secara langsung membuat kerajinan logam secara personal.
“Harapannya Program Kosabangsa ini bisa memberdayakan masyarakat dan juga mempertahankan nilai kerajinan tembaga di Tumang ini tetap handmade, namun di raw materialnya bisa kita bantu dengan mesin-mesin tepat guna,” jelas Zainal.
Dia menambahkan, pihaknya juga membuat program untuk mensinergiskan wisata di wilayah Cepogo, yaitu Cheese Park, wisata edukasi kerajinan logam, pengelolaan sampah oleh BUMDES dan Pokdarwis yang menghasilkan pakan magot dengan kapasitas yang cukup tinggi, kemudian dikolaborasikan dengan pasar sayur Cepogo.
“Mudah-mudahan ini memberikan kontribusi nyata, kami dari Perguruan Tinggi baik UNS maupun Unisri kepada masyarakat Cepogo ini,” harapnya.
Dengan sinergi antara potensi alam, kreativitas masyarakat, dan dukungan teknologi, Desa Wisata Cepogo diharapkan mampu menciptakan ekosistem pariwisata yang berkelanjutan dan berdampak langsung pada kesejahteraan warga. (eko/redaksi)