Semarang, infojateng.id – Komisi E DPRD Jawa Tengah (Jateng) menyoroti kasus dugaan kekerasan yang terjadi kepada santri di salah satu pondok pesantren (Ponpes) di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen belum lama ini. Akibat peristiwa tersebut santri dengan inisial DW,14, asal Ngawi, Jawa Timur meninggal dunia.
Anggota Komisi E DPRD Jateng Ida Nurul Farida mengaku sangat sangat sedih dan prihatin terhadap peristiwa kekerasan yang masih saja terjadi di pondok pesantren.
“Hal ini sangat tragis dan ironis, di mana pondok adalah lembaga yang semestinya mengajarkan akhlaq, etika dan kasih sayang, justru terjadi kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa seorang santri yang masih sangat belia,” katanya kepada infojateng.id, Rabu (23/11/2022).
Pihaknya berharap pemerintah melalui Kementrian Agama benar-benar memperperhatikan dan melakukan kontrol kepada lembaga pondok pesantren agar pendidikan benar- benar berjalan dengan baik jauh dari kekerasan.
“Melalui raperda pesantren yang sedang dibahas semoga masalah kekerasan ini mendapat perhatian yang serius. Ada upaya preventif dan antisipatif agar kekerasan di pondok pesantren tidak terus berlanjut,” urai politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Sebelumnya diberitakan, salah satu santri berinisial DW meregang nyawa setelah diduga mendapat kekerasan dari seniornya. Insiden kekerasan itu dilaporkan terjadi pada Sabtu (19/11/2022) malam. DW merupakan santri salah satu pondok pesantren yang berlokasi di Kecamatan Masaran, Sragen, Jateng.
Pihak keluarga sudah melaporkan peristiwa itu kepada pihak kepolisian. Jajaran pihak RS. Moewardi, Solo juga sudah melakukan visum terhadap jenazah korban.
Pihak keluarga berharap kasus ini segera diusut agar ada titik terang penyebab meninggalnya sang keponakan. Menurutnya, kejanggalan itu harus diungkap. “Kami berharap segera ada kejelasan dan pelaku dihukum,” tandas paman korban Nurhuda.(redaksi)