SEMARANG – Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Tengah akan kembali menggandeng pondok pesantren di Jateng untuk memberantas penyalahgunaan maupun peredaran narkoba yang angkanya terus meningkat.
Saat “sowan” Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen di rumah dinas Jalan Rinjani, BNN Jateng yang diwakili Kasi Intel (Kunarto), Kabid Brantas (Kombes Arif Dimjati), Kabid P2M (Susanto) dan Kabid Rehab (Teguh Susanto) menyampaikan, Jawa Tengah kasus narkoba yang ada refalensinya 1,3 persen, sementara di seluruh Indonesia ada 1,6 persen.
“Jadi kalau kita presentasikan sebanyak 295 ribu per tahun di Provinsi Jawa Tengah. Dan Jawa Tengah merupakan empat besar provinsi yang terbanyak penyalahgunaan narkobanya. Untuk BNN kabupaten/kota, di Jateng juga baru sembilan daerah yang memiliki,” kata Kabid P2M Susanto.
Kasi Intel Kunarto juga mengungkapkan, pengungkapan kasus narkoba di Jateng, ada beberapa modus. Untuk jumlah besar biasanya melalui jalur darat. Adanya jalan tol diakuinga telah mempercepat pengiriman, karena hanya membutuhkan waktu sehari saja.
“Kalau dari luar negeri, biasanya lewat kurir atau TKW. Melalui online jasa pengiriman swasta, juga kita awasi betul. Kami berharap, BNN bisa masuk ke pesantren dinJateng, m3ski ada beberapa pesantren yang khusus untuk merehabilitasi dan sudah kerjasama dengan BNN. Karena pernah ada kasus pengedar dan pemakai tinggal di pesantren, kami butuh kerjasama,” ujarnya.
BNN, imbuhnya, juga meminta Wagub untuk membantu mendorong proses penyusunan perda inisiatif, fasilitasi pencegahan, pemberantasan, dan penanggulangan peredaran narkoba yang sedang disusun Pansus DPRD Jateng.
Sehingga, dalam upaya pemberantasan, penanggulangan dan pencegahan, Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin meminta BMN juga melibatkan tokoh agama dan masyarakat.
“Tidak hanya cofid, tapi saat ini tetap haris waspada juga terhadap narkoba. Mungkin saja ada kasus melampiaskan karena terkena dampak covid dengan narkoba,” tandas Gus Yasin. (IJD)
